Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Gaug, Sirine Belanda yang Dulu Jadi Isyarat Bahaya, Kini Penanda Buka Puasa

Kompas.com - 21/03/2024, 23:23 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar pukul 17.00 WIB, Ketua Takmir Masjid Nurul Islam, Kota Yogyakarta, Muhammad Sofyan datang ke halaman masjid dengan menggunakan motor matik.

Setelah memarkirkan motornya, Sofyan yang mengenakan kain sarung beserta peci ini lalu berjalan keluar menuju Pelengkung Gading.

Jarak antara Masjid Nurul Islam dengan Pelengkung Gading tak jauh kurang lebih hanya sekitar 50 meter.

Lalu lintas pada Selasa (19/3/2024) sore itu tergolong ramai. Tampak Sofyan menengok kiri dan kanan lalu menyeberang ke arah Pelengkung Gading.

Baca juga: Selama Ramadhan, Operasi Pasar Murah di 10 Titik di Karawang

Sesampainya di Pelengkung Gading, dia lalu membuka pintu gerbang yang berada di sisi timur. Dia langsung menaiki tangga yang mengarah ke Gaug atau Sirine peninggalan Belanda itu.

Gaug memang masih berdiri kokoh di beberapa sudut di Kota Gudeg. Salah satunya di dekat Pasar Beringharjo, Kauman Pakualaman, dan Pelengkung Nirboyo atau lebih dikenal dengan Pelengkung Gading.

Dihimpun dari berbagai sumber, menara Gauk Plengkung Gading didirikan bersamaan dengan sirine di Pasar Beringharjo dan beberapa tempat lainnya pada tahun 1930.

Saat itu, fungsi sirine yang dibangun di beberapa lokasi adalah untuk alat peringatan tanda bahaya.

Pengoperasian sirine ini mulanya berada di bawah pengawasan LBD (Lucht Bescherming Dienst) atau Dinas Perlindungan Udara Belanda yang berpusat di Benteng Vredeburg.

Kini, Gauk Pelengkung Gading sudah tidak digunakan sebagai penanda bahaya. Namun, digunakan untuk waktu-waktu tertentu, salah satunya sebagai penanda waktunya berbuka puasa.

Sofyan memang sengaja datang ke lokasi tersebut untuk menyalakan Gaug. Tepat pukul 17.55 WIB, dengungan Gaug pun terdengar. Pertanda waktu buka puasa untuk wilayah Kota Yogyakarta.

Dia sempat bercerita bahwa saat dirinya masih kecil, Gaug di Pelengkung Gading ini sudah digunakan sebagai penanda waktu berbuka puasa.

Namun, seiiring berjalannya waktu Gaug sudah tidak digunakan lagi. Barulah pada tahun medio 2012, dia bersama warga mencoba untuk mengaktifkan kembali Gaug yang ada di Pelengkung Gading.

Baca juga: Berkah Ramadhan, Pembuat Cendol di Magelang Bisa Hasilkan Rp 2 Juta Per Hari

"Kembali diaktifkan pada tahun 2012. Ramadhan kali ini sempat rusak pada bagian spull (kumparan) di dalamnya, lalu kita perbaiki seluruhnya total sampai 1 minggu," ujarnya saat ditemui di Pelengkung Gading, Selasa (20/3/2024).

Menurutnya, diaktifkan kembali Gaug untuk penanda buka puasa ini sebagai bentuk pelestarian budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Pengaktifan Gauk ini juga sempat diunggah melalui akun media sosialnya dan mendapatkan respons positif dari warga net.

"Saat saya unggah itu banyak yang komen, kalau ternyata di daerah lain juga banyak gaug seperti ini," kata dia.

Menurut Sofyan, dulunya Gaug digunakan untuk penanda adanya bahaya. Sekarang Gaug digunakan upada acara-acara tertentu.

Terdapat kurang lebih 3 Gaug di Kota Yoguakarta yakni di Pakualaman, Pasar Beringharjo, dan Pelengkung Gading. Menurut dia ada perbedaan suara antara Gaug di Beringharjo dengan yang berada di Pelengkung Gading.

"Kalau yang di Pelengkung Gading ini melengking, mungkin kalau zaman dulu kalau untuk memberitahu adanya bahaya suaranya naik turun. Ini untuk menjaga jadi tuas hanya diarahkan ke atas. Setelah melengking langsung turunkan," kata dia.

Sofyan menambahkan jangkauan suara Gaug Pelengkung Gading lebih jauh jika ke arah selatan karena masih sedikit bangunan-bangunan bertingkat.

"Kalau ke utara, barat, timur itu jangkauannya nggak jauh banyak bangunan bertingkat. Kalau ke selatan banyak masih jarang bangunan bertingkat. Bahkan di medsos juga ada yang komen kalau suara sampai ke Madukismo (pabrik gula)," kata dia.

Baca juga: Penjualan Busana Muslim di Bandung Selama Ramadhan Naik 3 Kali Lipat

Sementara itu Sejarawan sekaligus Dosen Universitas Sanata Dharma, Silverio Raden Lilik Aji Sampurno mengatakan, Gaug dulunya memang digunakan sebagai penanda bahaya terutama jika terjadi saat adanya serangan udara.

"Udah dari zaman Belanda dibuka, difungsikan kalau ada perang, srrangan udara jadi penanda aja," katanya.

Menurut data yang dimilikinya, suara Gaug dulunya bisa menjangau sampai jarak 5 kilometer. Namun saat ini karena banyaknya bangunan bertingkat jangkauan suara sudah tidak bisa seperti dulu.

"Pada masa lalu itu bangunan tidak semasif sekarang dan menurut data sampai radius 5 kilometer terdengar," ucap Rio.

Selain bangunan yang berpengaruh untuk jangkauan suara Gaug adalah polusi udara dan juga polusi suara dari kendaraan.

"Kalau sekarang polusi udara, dan hanya sekitar itu saja gak sampai ke tengah kota. Tugu pun sudah tidak terdengar," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Yogyakarta
Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Yogyakarta
Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Yogyakarta
Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Yogyakarta
Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Seorang Pekerja Tertimpa Bangunan Proyek Revitalisasi Benteng Keraton, Ini Kata Pemda DIY

Seorang Pekerja Tertimpa Bangunan Proyek Revitalisasi Benteng Keraton, Ini Kata Pemda DIY

Yogyakarta
Pemda DIY Segera Buka Kanal Aduan Layanan Publik dan Sampah, Berikut Informasinya

Pemda DIY Segera Buka Kanal Aduan Layanan Publik dan Sampah, Berikut Informasinya

Yogyakarta
Sampah Dibuang di Bekas Tambang Gunungkidul, Bupati Sleman: Bukan dari Jasa Pengangkutan Pemerintah

Sampah Dibuang di Bekas Tambang Gunungkidul, Bupati Sleman: Bukan dari Jasa Pengangkutan Pemerintah

Yogyakarta
Pupuk Harga Murah Dijual Keliling di Gunungkidul, Dinas Periksa Kualitasnya

Pupuk Harga Murah Dijual Keliling di Gunungkidul, Dinas Periksa Kualitasnya

Yogyakarta
Klarifikasi Dosen UPN Veteran Yogyakarta soal Dugaan Kekerasan Seksual

Klarifikasi Dosen UPN Veteran Yogyakarta soal Dugaan Kekerasan Seksual

Yogyakarta
Satu Truk Sampah Dibuang di Pinggir Jalan Imogiri Bantul

Satu Truk Sampah Dibuang di Pinggir Jalan Imogiri Bantul

Yogyakarta
Balon Udara Liar Mendarat di Bantul, Tersangkut di Pohon Sengon dengan Api Menyala

Balon Udara Liar Mendarat di Bantul, Tersangkut di Pohon Sengon dengan Api Menyala

Yogyakarta
Kronologi 1 Pekerja Tewas Tertimpa Atap Cor di Kawasan Kraton Yogyakarta

Kronologi 1 Pekerja Tewas Tertimpa Atap Cor di Kawasan Kraton Yogyakarta

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com