Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Antraks, Sultan Heran Masih Ada Masyarakat yang Melakukan "Brandu"

Kompas.com - 14/03/2024, 14:50 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X heran masih ada masyarakat yang melanggengkan tradisi brandu.

Sebagai informasi, brandu adalah tradisi masyarakat yang menyembelih hewan ternak yang sudah mati.

"Makanya itu saya itu herannya di situ. Makanya tadi saya ngasih catatan ke Dinas Kesehatan sama Pertanian kenapa selalu berulang gitu," ujar Sultan saat ditemui di Kantor Gubernur DIY, Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Kamis (14/3/2024).

Sultan menambahkan dibutuhkan pemberian edukasi dan literasi kepada masyarakat dan kepada para peternak agar paham ciri-ciri hewan ternak yang sakit.

Baca juga: Antisipasi Penularan, 1.427 Ekor Sapi di Klaten Divaksinasi Antraks

"Mungkin perlu literasi yang baik kepada masyarakat peternak ya, bagaimana untuk jaga ternak dan jaga dirinya dari kemungkinan antraks," kata dia.

Diharapkan dengan literasi yang diberikan kasus-kasus antraks ini tidak kembali terulang.

"Tidak terulang gitu, kan hanya berapa bulan terjadi, sekian bulan terjadi. Selalu terulang gitu lho. Ya semoga apa yang sudah kita tangani yang Sleman juga cepat selesai gitu," ucapnya.

Disinggung soal kemungkinan Kejadian Luar Biasa (KLB), Sultan mengatakan sampai saat ini belum diperlukan karena masih di satu lingkungan. Namun, Sultan tidak menutup kemungkinan KLB ditetapkan, jika nantinya kasus semakin meluas.

"Saya kira belum, kecuali kalau memang ada dasar berkembang gitu. Kalau bisa terlokalisasi kan lebih baik. Tapi masalahnya bukan masalah itunya tapi kenapa terulang terus gitu lho (brandu). Mungkin perlu literasi, edukasi gitu lho," beber Sultan.

Sultan berpesan kepada masyarakat agar mengetahui kondisi ternak. Jika mengetahui ada ternak yang lemas harus segera diobati bukan justru disembelih saat sudah mati.

"Kalau sapinya diem saja lemes diobati, jangan mati (saat) malah dipotong karena sayang," kata dia.

Sebelumnya diberitakan, sebaran daging kambing atau sapi yang diduga terpapar antraks tidak hanya di kawasan Sleman dan Gunungkidul, tetapi sampai ke Klaten, Jawa Tengah.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Widiyanti menjelaskan terdapat satu keluarga di Klaten, Jawa Tengah yang mendapatkan daging dari Kalinongko, Sleman.

"Terkait dengan daging yang sempat dibawa ke Klaten, kebetulan anak dari pemilik ternak yang ada di Kalinongko memang ada balungan dan daging," ujarnya saat ditemui di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DI Yogyakarta, Rabu (13/3/2024).

Ia menjelaskan tulang atau balungan yang didapat sudah dimask oleh warga Klaten, dan sudah dimakan. Mendapatkan kaar tersebut pihaknya lalu melakukan investigasi.

"Pada 12 Maret, kemarin kita lakukan pemusnahan daging yang ada. Yang dimasukkan pada freezer, kulkasnya itu kita lakukan dengan sop (pengamanan) yang ada sampai daging dikubur sesuai dengan sop," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Yogyakarta
Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Yogyakarta
Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Yogyakarta
ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

Yogyakarta
Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Yogyakarta
Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Yogyakarta
Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Yogyakarta
Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Yogyakarta
Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Yogyakarta
Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Yogyakarta
Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Seorang Pekerja Tertimpa Bangunan Proyek Revitalisasi Benteng Keraton, Ini Kata Pemda DIY

Seorang Pekerja Tertimpa Bangunan Proyek Revitalisasi Benteng Keraton, Ini Kata Pemda DIY

Yogyakarta
Pemda DIY Segera Buka Kanal Aduan Layanan Publik dan Sampah, Berikut Informasinya

Pemda DIY Segera Buka Kanal Aduan Layanan Publik dan Sampah, Berikut Informasinya

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com