YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan (Diskes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut terdapat 53 suspek antraks di Sleman dan Gunungkidul. Selain itu, ada satu orang dilaporkan meninggal dunia.
Suspek antraks itu berasal darii Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, dan Kayoman, Serut, Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.
Kadis Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie menjelaskan, puluhan suspek antraks tersebut didapat dari pemeriksaan epidemiologi.
Baca juga: Dua Syarat Antraks di Yogyakarta Jadi KLB, Apa Saja?
Pemeriksaan tanggal 2 Maret 2024 ditemukan 23 suspek dengan 16 orang tidak bergejala dan 7 orang bergejala.
"Sabtu 9 Maret Puskesmas Gedangsari II laporkan 30 orang warga Kayoman dilakukan pemeriksaan. 20 orang tida bergejala dan 10 orang bergejala," kata Pembajun saat ditemui di DPRD DIY, Rabu (13/3/2024).
Pembajun menjelaskan untuk satu orang yang dilaporkan meninggal dunia belum bisa dipastikan apakah terpapar antraks atau tidak. Pasalnya, belum dilakukan pengujian terhadap sampel darah atau sampal usap kulit.
"Kalau yang seruloginya belum, kemarin ada yang tanya, yang meninggal itu antraks? Saya belum bisa bilang itu antraks atau bukan, karena yang bersangkutan meninggal sebelum diambil sampelnya, jadi kita nggak bisa bilang dia antraks atau tidak," ujarnya.
Menurut Pembajun, dalam menentukan seseorang terpapar antraks harus didasari dengan hasil uji laboratorium. Pasalnya, gejala yang sama bisa jadi hasil laboratoriumnya berbeda.
"Gejala bisa sama, tapi hasil labnya belum tentu dan ini sudah kesekian kali di Gunungkidul itu yang kami prihatinkan, terjadi lagi terjadi lagi," ujarnya.
Pihaknya, bersama satgas One Health terus bekerja melakukan pemeriksaan dan menerima aduan masyarakat yang terdampak.
"Suspek kami tidak melakukan pemeriksaan lagi karena kami rasa cukup," ujarnya.
Untuk hasil pemeriksaan dari suspek antraks masih membutuhkan waktu karena pemeriksaan baru dimulai pada tanggal 8 Maret 2024 lalu.
"Kami membutuhkan kerjasama semua sektor dan Gunungkidul ini sudah kesekian kali, kami harap Pemda Gunungkidul dan OPD terkait untuk waspada dan lebih melakukan banyak edukasi karena mau hari raya, dan tidak lama akan Idul Adha," kata Pembajun.
Ke depan pihaknya akan mengupayakan edukasi kepada masyarakat agar masyaraat tidak nekat menyembelih hewan yang sudah mati atau menyembelih hewan saat sakit.
Baca juga: 17 Warga Gunungkidul Bergejala Antraks, 2 di Antaranya Dirawat
"Kami di provinsi sedang mengupayakan bagaimana melakukan promosi kesehatan melalui leaflet banner media yang bisa diakses oleh masyarakat," kata dia.