Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Belasan Warga Gunungkidul Bergejala Antraks Membaik, 2 Orang Masih Dirawat

Kompas.com, 14 Maret 2024, 13:03 WIB
Markus Yuwono,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, menyebut, sebagian besar warga yang bergejala antraks sudah membaik.

Untuk saat ini, Dinas meminta masyarakat tidak menyembelih hewan sakit maupun ysng sudah mati.

Baca juga: Warga Dilarang Beraktivitas di Sungai Pembatas 3 Daerah Terpapar Antraks

Plt Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan, kasus antraks ini berawal dari dua orang bergejala antraks yang dirawat di Rumah sakit dari Dinas Kesehatan Sleman. Pihak tim one health melakukan surveilans dan penulusuran.

Diketahui ada 53 orang yang terpapar atau kontak langsung dengan hewan ternak positif antraks. Dari jumlah itu, 19 orang yang bergejala, termasuk dua orang yang dirawat di rumah sakit.

"Dari 17 orang (di luar dua orang yang sudah dirawat terlebih dahulu), ada satu orang yang bergejala kelainan kulit, yang lain (16 orang) diare dan demam setelah mengkonsumsi daging," kata Dewi ditemui di kantornya Kamis (14/3/2024).

Dijelaskannya, tiga orang memiliki luka khas antraks di tangan dan wajah.

Sementara 17 warga lainnya sudah ditangani dengan pemberian obat antibiotik dan saat ini kondisinya mulai membaik.

"Untuk yang dua orang satu keluarga itu dirujuk ke RSA (UGM), tapi kondisinya sudah baik," kata Dewi.

Disinggung mengenai kebijakan penetapan status kejadian luar biasa (KLB), Dewi menyebut bahwa hal ini kebijakan dari kepala daerah. Pihaknya sudah melaporkan ke Bupati.

Diakuinya untuk menetapkan KLB tidak mudah, harus melalui berbagai pertimbangan. Tidak hanya kesehatan, juga perekonomian masyarakat.

Baca juga: Tak Hanya di Yogyakarta, Satu Keluarga di Klaten Sempat Makan Daging Terpapar Antraks

Penularan antraks

Dewi mengatakan, antraks bisa menular melalui tiga cara yakni melalui mulut yang bisa masuk saluran pencernaan dan menyebabkan diare. Kemudian melalui kulit dan paling berbahaya jika terhirup melalui udara yang bisa menyebabkan sesak napas hingga meninggal dunia.

"Penularan melalui kulit paling banyak, mencapai 95 persen," ungkap Dewi.

Dewi mengingatkan, bagi warga yang mengalami gejala antraks dan telah melakukan pengobatan, obat yang diberikan dokter itu harus dihabiskan.

"Penularan dari hewan ke manusia, tidak perlu diisolasi," kata Dewi.

Baca juga: Kasus Antraks Gunungkidul, Ratusan Ternak Diberi Vitamin dan Ada Isolasi

Dia berharap, masyarakat untuk tidak mengkonsumsi daging hewan sakit atau mati. Hewan yang mati sebaiknya langsung dikuburkan, agar bakteri tidak menjadi spora.

Sebab, bakteri yang ada di dalam darah bisa berubah jadi spora bisa bertahan puluhan tahun.

"Jangan (lakukan) brandu atau purak, karena itu berbahaya," kata dia.

Untuk diketahui, tradisi brandu adalah gotong royong yang dilakukan warga untuk membantu pemilik ternak yang sakit atau mati. Dalam tradisi brandu, warga mengumpulkan iuran untuk pemilik ternak yang sakit atau mati. Daging ternak yang sakit atau mati pun lalu dibagikan kepada warga yang mengumpulkan iuran.

Sementara purak adalah tradisi menyembelih hewan yang mati atau sakit oleh warga.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau