Tak hanya sapi, menurut Marjoko tiga ekor kambing milik kakaknya tersebut juga mati.
"Kambing satu ikut mati. Masih tiga (ekor), tiga itu mau diamankan ke tempat saya, baru perjalanan mau sampai ke rumah saya, dua (ekor) juga ikut mati," bebernya.
Marjoko menyampaikan total hewan ternak milik warga di wilayahnya yang mati maupun disembelih karena sakit ada enam kambing dan satu sapi.
Baca juga: Tak Ada Kasus Antraks, Warga di Padukuhan Jati Gunungkidul Sudah Berani Bertenak Lagi
Dari dinas terkait baik dari Kabupaten Sleman maupun provinsi lanjut Marjoko sudah datang. Dari dinas juga mengambil sampel tanah di lokasi ternak yang mati.
"Dari dinas kemarin saya ditelepon, suruh mengumpulkan warga yang kontak langsung dengan hewan yang mati dan warga yang mengkonsumsi," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Suparmono mengatakan lokasi hewan ternak berada diperbatasan dengan Gunungkidul.
Peristiwa ini berawal dari adanya warga Gunungkidul yang sakit kemudian periksa ke rumah RSUD Prambanan, Sleman. Warga ini mengkonsumsi daging hewan ternak yang sakit dan disembelih.
"Pasien yang kemarin sakit di RSUD itu warga Gunungkidul dan pemeriksaanya di RSUD Prambanan," ucap Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Suparmono, Sabtu (9/03/2024).
Sampel tanah dan ternak mati sudah dikirimkan ke Balai Besar Veteriner, Wates, Kulon Progo. Saat ini Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman masih menunggu hasil laboratorium dari Balai Besar Veteriner.
"Saya tetap menunggu hasil dari BBVet seperti apa," bebernya.
Setelah mendapat informasi kejadian tersebut, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman bergerak cepat dengan menerjunkan dari Puskewan dan Bidang Peternakan ke lokasi. Termasuk berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman terkait kondisi warga yang kontak maupun mengkonsumsi daging ternak tersebut.
"Kalau dari kami tentu ternaknya. Dari teman-teman Puskeswan dan Bidang Peternakan beberapa hari ini sudah turun di lokasi, penjelasan di masyarakat, komunikasi informasi, edukasi dan seterusnya," tandasnya.
Baca juga: Kasus Antraks di Gunungkidul, Tak Ada Laporan Kasus Baru tapi Tetap Waspada
Investigasi di lokasi sampai saat ini masih dilakukan. Sehingga saat ini masih menunggu hasil dari invetigasi tersebut.
Namun pada intinya, ada ternak yang sakit dan disembelih. Peristiwa sakitnya ternak tersebut tidak dilaporkan ke Puskeswan.
"SOP kami kalau ada hewan sakit itu kan lapor dulu ke Puskeswan. Dan Puskewan datang ke lokasi, ke ternak, ngecek ini boleh disembelih (atau tidak), itu ada SOPnya," tegasnya.
Menurut Suparmono di lokasi dan sekitarnya sudah dilakukan disinfeksi sejak dua hari yang lalu. Hanya saja, pihaknya belum mengambil kebijakan lebih jauh karena masih menunggu hasil laboratorium dari Balai Besar Veteriner.
"Kandang-kandang kita semprot disinfektan dan seterusnya. Kami belum mengambil kebijakan nanti ternaknya harus apa, nanti hasilnya ada. Kan beberapa kali pernah kejadian di satu wilayah gitu, setelah kita cek ke BBvet ternyata bukan Antraks," tuturnya.
Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman mengimbau kepada warga masyarakat ketika hewan ternaknya sakit segera melaporkan ke Puskeswan. Sehingg bisa dilakukan pengecekan oleh dokter hewan.
"Himbauan Kami, kalau ada hewan ternak yang sakit, sapi sakit segera menghubungi Puskeswan biar segera dicek oleh dokter hewan," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.