Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Pelajar SMP di Gunungkidul Melukai Diri Sendiri, Ahli Psikologi UGM Ungkap Penyebabnya

Kompas.com - 08/03/2024, 20:51 WIB
Wijaya Kusuma,
Markus Yuwono,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

"Nah kalau pendidikan orientasinya itu, gimana caranya anak-anak itu merasa bermanfaat dan bahagia, jadi harus dimanusiakan," bebernya.

Sehingga guru harus lebih dulu memahami siswa dengan mengutamakan interaksi dan dialog. Novi mencontohkan, pagi sebelum pelajaran guru berinteraksi dan dialog dengan para siswa.

"Nah biasanya dari dialog-dialog itu setiap hari, itu lama-lama beban-beban siswa dan beban guru itu berkurang sebetulnya," tuturnya. 

Menurut Novi, tanpa disadari bahasa yang digunakan di pendidikan sifatnya menerintah atau instruksi. Bukan bahasa-bahasa yang membangun dialog. Kultur itulah, yang harus diubah sehingga terjadi interaksi dan dialog antara guru dengan anak.

Baca juga: Mahasiswa di Jember Nyaris Bunuh Diri karena Overthinking, Ini Pentingnya Edukasi Kesehatan Mental

Sehingga dengan diciptakan ruang interaksi dan dialog itu, sekolah menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi anak.

"Pendidikan kita nggak punya kultur itu, bahkan sampai masyarakatnya, bahkan sampai keluarganya. Karena pendidikan ini harus mengubah kultur baru, menurut saya ya. Saya mempercayai namanya pendidikan itu adalah satu media tools untuk membuat kultur baru. Kultur baru yang harus diciptakan adalah dialog ini," tandasnya.

Kelelahan massal dan soal teknologi

Novi yang juga merupakan Pengamat Perkembangan Anak, Remaja dan Pendidikan mengatakan, saat ini terjadi kelelahan massal. Itu yang menyebabkan persoalan self harm menjadi masif.

"Karena pola kehidupan kita sama semua, kayak robot, tanpa sadar," ucap T Novi Poespita.

Novi menyampaikan saat ini tidak mungkin memusuhi teknologi karena sudah menjadi bagian dari hidup. Namun bagimana, manusia tetap menjadi "manusia" dan mengendalikan teknologi.

"Masyarakat Jepang itu mempunyai digital society plan, jadi gimana caranya manusia itu tetap menjadi 'manusia' dan mengendalikan teknologi. Dan melalui apa mereka membangun itu, melalui pendidikan," tandasnya.

Di Jepang lanjut Novi, anak diajari ketika sedang bersama keluarga atau orang yang lebih tua tidak boleh memegang device. Di Australia, anak-anak hanya boleh mempunyai device sendiri ketika sudah umur 13 tahun.

Baca juga: Anak Muda Kerap Alami Kesehatan Mental, Begini Kata Psikolog di Semarang

Artinya dari pendidikan itu, mereka menyiapkan dahulu pola fikir, pola prilaku, pola emosinya sebelum anak memiliki device sendiri.

Menurutnya, harus ada kesepakatan di keluarga dan di sekolah bahwa technology device hanya digunakan pada saat diperlukan. Kemudian lebih banyak, waktu digunakan untuk dialog dan berinterakasi.

"Rekomendasi yang paling utama adalah memperbanyak dialog, berinteraksi, baik di sekolah maupun di keluarga, karena biar kita tetap menjadi manusia. Kita bisa merasakan, kita bisa empati, kita bisa mengelola itu dengan interaksi dan dialog," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

5 Pesan Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir untuk Jemaah Haji Indonesia

5 Pesan Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir untuk Jemaah Haji Indonesia

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Melihat Ratusan Mobil Kuno di Magelang, dari VW sampai Buick Riviera

Melihat Ratusan Mobil Kuno di Magelang, dari VW sampai Buick Riviera

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Libur Panjang, Jip Wisata Lava Tour Merapi Diserbu Wisatawan

Libur Panjang, Jip Wisata Lava Tour Merapi Diserbu Wisatawan

Yogyakarta
BPBD Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Bangun Rumah Tahan Gempa

BPBD Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Bangun Rumah Tahan Gempa

Yogyakarta
Sopir Ngantuk Berat, Mobil Muatan Beras Terjun ke Sungai Kulon Progo

Sopir Ngantuk Berat, Mobil Muatan Beras Terjun ke Sungai Kulon Progo

Yogyakarta
Perahu Dihantam Ombak, Nelayan di Gunungkidul Terombang-ambing di Lautan

Perahu Dihantam Ombak, Nelayan di Gunungkidul Terombang-ambing di Lautan

Yogyakarta
Libur Panjang, Persewaan iPhone di Gunungkidul Laris Diburu Anak Muda

Libur Panjang, Persewaan iPhone di Gunungkidul Laris Diburu Anak Muda

Yogyakarta
Sampah Diduga dari Luar Gunungkidul Dibuang Sembarangan di Tengah Hutan

Sampah Diduga dari Luar Gunungkidul Dibuang Sembarangan di Tengah Hutan

Yogyakarta
Wakil Bupati dan Eks Sekda Sleman Berebut Tiket Pilkada dari PDI-P

Wakil Bupati dan Eks Sekda Sleman Berebut Tiket Pilkada dari PDI-P

Yogyakarta
5 Nama Daftar Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui PDI-P, Siapa Saja?

5 Nama Daftar Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui PDI-P, Siapa Saja?

Yogyakarta
Pelaku Penembak Anak SD di Sleman dengan Senapan Angin Ditangkap, Alasannya Emosi

Pelaku Penembak Anak SD di Sleman dengan Senapan Angin Ditangkap, Alasannya Emosi

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com