Arca Durga Mahisasuramardini ini menggambarkan Durga sebagai pembasmi Mahisasura, raksasa Lembu yang menyerang swargaloka.
Arca Durga ini juga yang disebut masyarakat sebagai Rara Jonggrang yang dikaitkan dengan legenda setempat.
Arca dewa-dewa lokapala atau dewa surgawi penjaga penjuru mata angin juga dapat ditemukan di candi Siwa.
Adapun di dalam dua candi di sisi kanan dan kirinya, yaitu Candi Brahma menyimpan arca Brahma dan Candi Wisnu menyimpan arca Wisnu yang sama-sama berukuran tinggi hampir 3 meter.
Arca para brahmana penyusun kitab Weda juga bisa ditemukan di Candi Brahma.
Sementara Di candi Wisnu terdapat arca dewata yang diapit oleh dua apsara atau bidadari kahyangan.
Di dalam Candi Nandi terdapat arca lembu Nandi. Sementara di dalam Candi Angsa dan Candi Garuda saat ini tidak ditemukan arca.
Di dinding luar sebelah bawah candi dihiasi oleh barisan relung (ceruk) yang menyimpan arca singa diapit oleh dua panil yang menggambarkan pohon hayat kalpataru, yang menjadi pola khas candi ini.
Relief pada Candi Prambanan menceritakan kisah Ramayana yang terbagi pada dinding bangunan candi-candinya.
Candi Siwa memiliki lorong galeri yang dihiasi relief kisah Ramayana yang terukir di dinding dalam pada pagar langkan.
Kisah Ramayana di Candi Siwa ini kemudian dilanjutkan ke Candi Wisnu dan Candi Brahma. Cerita berakhir pada relief yang dipahat di sisi tangga masuk candi Brahma.
Relief kisah Ramayana yang menghiasi candi ini menceritakan epos Hindu yaitu Ramayana dan Krishnayana.
Relief ini dibaca dari kanan ke kiri dengan gerakan searah jarum jam mengitari setiap bangunan candi.
Relief Ramayana berkisah tentang istri Rama yaitu Shinta yang diculik oleh Rahwana.
Kemudian panglima bangsa wanara (kera) yaitu Hanoman datang ke Alengka untuk membantu Rama mencari Shinta.
Sementara kisah Kresnayana yang menceritakan masa kecil Prabu Krisna dapat dilihat di di sisi tangga masuk Candi Wisnu.
Sementara pada dinding di belakang Candi Nandi, tepatnya di belakang Arca Nandi di kiri dan kanannya terdapat relief Dewa Candra (Dewa Bulan) dan Dewa Surya (Dewa Matahari).
Dewa Candra digambarkan mengendarai kereta yang dihela 7 ekor kuda, sementara Dewa Surya digambarkan mengendarai kereta yang dihela 10 ekor kuda.
Sumber:
kebudayaan.kemdikbud.go.id
prambanan.slemankab.go.id
borobudurpark.com
budaya.jogjaprov.go.id