Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kyai Kromo Ijoyo yang Makamnya Terdampak Tol Yogyakarta-Solo

Kompas.com - 16/10/2023, 15:12 WIB
Wijaya Kusuma,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Ketingan merupakan padukuhan yang berada di Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman. Di padukuhan ini terdapat makam yang memiliki nilai histori bagi warganya.

Lokasi makam itu berada tidak jauh dari Padukuhan Ketingan. Di makam itu terdapat pohon berukuran cukup besar. Pohon yang rimbun ini seakan memayungi makam tersebut.

Di bawah pohon besar ini lah, terdapat makam Kyai Kromo Ijoyo yang disebut orang pertama yang menghuni wilayah Ketingan. Area makam tampak di kelilingi oleh pagar batako di sisi luar dan pagar besi di bagian utamanya.

Baca juga: Progres Konstruksi Jalan Tol Yogyakarta Bawen Sudah Lebih dari 50 Persen

Terdapat juga gapura di bagian depan area makam. Selain itu terpasang papan di depan gapura yang menceritakan tentang Kyai Kromo Ijoyo.

Di papan itu tertulis :

"Mbah Kromo Ijoyo adalah makam seorang tokoh yang dihormati oleh masyarakat sebagai leluhur dan tokoh adat Dusun Ketingan. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Mbah Kromo Ijoyo diyakini meninggalkan keraton dan dipercaya sebagai penghuni pertama Dusun Ketingan. Dalam perjalanan hidupnya, Mbah Kromo Ijoyo juga dianggap sebagai seorang prajurit yang setia pada Pangeran Diponegoro, salah satu tokoh penting dalam sejarah perlawanan melawan penjajah Belanda. Makamnya yang anggun dan terpelihara dengan baik menjadi tujuan ziarah bagi banyak orang yang menghormatinya sebagai sosok leluhur dalam warisan budaya setempat. Dengan statusnya sebagai penghuni pertama Dusun Ketingan dan hubunganya dengan Pangeran Diponegoro, Makam Mbah Kromo Ijoyo menjadi sebuah simbol penting dari sejarah lokal Dusun Ketingan"

"Mbah Kromo Ijoyo itu kan, kalau dari cerita itu masa Sultan yang ke-7. Itu kan zaman penjajah, terus mengungsi, keluar dari keraton," ujar Lurah Tirtoadi Mardiharto saat ditemui Kompas.com, Senin (16/10/2023).

Kromo Ijoyo kemudian tiba di daerah yang saat ini Padukuhan Ketingan. Kromo Ijoyo lantas memutuskan untuk tinggal di Ketingan.

"Waktu itu ya cikal bakalnya di Ketingan. Kalau ceritanya dulu ada tiga (orang), yang satu di daerah Sleman yang satu daerah Godean. Tiga salah satunya ya Mbah Kromo Ijoyo," tuturnya.

Mardiharto mengungkapkan dari cerita di masyarakat, Kromo Ijoyo merupakan salah satu prajutrit Pangeran Diponegoro. Namun, Mardiharjo mengaku tidak dapat memastikan kebenaran dari cerita tersebut.

"Iya katanya gitu (prajurit Pangeran Diponegoro), tapi itu kan cuma cerita-cerita. Cerita itu pas atau tidak, atau ditambah-tambahi saya nggak tahu," ucap Mardiharto.

Mardiharto menyampaikan di sebelah makam Kyai Kromo Ijoyo terdapat satu makam lagi. Makam tersebut adalah makam pejuang yang gugur setelah tertembak Belanda.

Baca juga: Rekor, 21 Ahli Waris di Magelang Terima Uang Ganti Rugi Tol Yogyakarta-Bawen

"Itu dari keraton juga, itu namanya Den Tejo. Saya masih ingat itu tentara ditembak Belanda terus dimakamkan di situ. Tapi sudah dipindah ke makam pahlawan. Iya tinggal nisannya. Memindahnya itu saya masih kecil," bebernya.

Makam Kyai Kromo Ijoyo lanjut Mardiharjo selama ini memang banyak didatangi untuk berziarah.

"Banyak yang ziarah. Ya kalau malam Jumat Kliwon, malam Selasa Kliwon sampai sekarang masih banyak yang ke sana," urainya.

Makam Kyai Kromo Ijoyo terdampak Tol Yogya-Solo

Padukuhan Ketingan menjadi menjadi wilayah terdampak jalan tol Yogyakarta-Solo. Makam Kyai Kromo Ijoyo pun juga ikut terdampak.

Dari pengamatan Kompas.com, tepat di sisi barat area Makam Kyai Kromo Ijoyo tampak kontruksi pembangunan Jalan Tol sudah dilakukan.

Lurah Tirtoadi Mardiharto membenarkan jika Makam Kyai Kromo Ijoyo terdampak pembangunan jalan Tol Yogyakarta-Solo.

"Iya, nanti mau dipindah dimana itu kan gampang, karena cuma satu (makam). Kalau banyak kan agak repot," ucapnya.

Menurut Mardiharto, area Makam Kyai Kromo Ijoyo berada di tanah kas desa. Hanya saja, sampai saat ini pihaknya masih menunggu koordinasi dari pihak tol terkait rencana pemindahan makam tersebut.

"Ya belum jelas sampai sekarang. Ya kalurahan menunggu," ungkapnya.

Baca juga: Menteri PUPR Sebut Pengerjaan Struktur Jalan Tol Yogyakarta-Bawen Akan Rampung Tahun Ini

Sementara itu Humas PT Adhi Karya Pembangunan Tol Solo - Yogya, Agung Murhandjanto mengatakan makam-makam di DIY yang terdampak pembangunan Jalan Tol merupakan tanah Kasultanan.

"Untuk makam-makam terdampak tol ini sudah jelas kalau makam di DIY itu kan tanahnya Kasultanan walaupun di desa," ucap

Agung menyampaikan izin atau palilah pemanfaatan tanah sudah ada dari Kasultanan untuk proyek strategis nasional pembangunan jalan tol sudah ada.

"Untuk makamnya itu kan nanti mesti harus ada relokasi, dipindahkan nah itu kan masih menunggu pertama lahanya pengantinya siap. Kedua kan muncul biaya untuk memindahkan dan sebagainya. Nah ini dari pihak pemilik jalan tol perlu legal opinion dari aparat penegak hukum, nah ini yang masih ditunggu. Kita dan Keraton menunggu itu legal opinion dari Kejaksaan," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Yogyakarta
Kapal Karam, Nelayan di Gunungkidul Kirim Video kepada Petugas Minta Pertolongan

Kapal Karam, Nelayan di Gunungkidul Kirim Video kepada Petugas Minta Pertolongan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Dua Nelayan Hilang Kontak di Perairan Gunungkidul, Hasil Pencarian Masih Nihil

Dua Nelayan Hilang Kontak di Perairan Gunungkidul, Hasil Pencarian Masih Nihil

Yogyakarta
Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Yogyakarta
Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Yogyakarta
Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Yogyakarta
Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Yogyakarta
Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Yogyakarta
Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com