Salin Artikel

Kisah Kyai Kromo Ijoyo yang Makamnya Terdampak Tol Yogyakarta-Solo

Lokasi makam itu berada tidak jauh dari Padukuhan Ketingan. Di makam itu terdapat pohon berukuran cukup besar. Pohon yang rimbun ini seakan memayungi makam tersebut.

Di bawah pohon besar ini lah, terdapat makam Kyai Kromo Ijoyo yang disebut orang pertama yang menghuni wilayah Ketingan. Area makam tampak di kelilingi oleh pagar batako di sisi luar dan pagar besi di bagian utamanya.

Terdapat juga gapura di bagian depan area makam. Selain itu terpasang papan di depan gapura yang menceritakan tentang Kyai Kromo Ijoyo.

Di papan itu tertulis :

"Mbah Kromo Ijoyo adalah makam seorang tokoh yang dihormati oleh masyarakat sebagai leluhur dan tokoh adat Dusun Ketingan. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Mbah Kromo Ijoyo diyakini meninggalkan keraton dan dipercaya sebagai penghuni pertama Dusun Ketingan. Dalam perjalanan hidupnya, Mbah Kromo Ijoyo juga dianggap sebagai seorang prajurit yang setia pada Pangeran Diponegoro, salah satu tokoh penting dalam sejarah perlawanan melawan penjajah Belanda. Makamnya yang anggun dan terpelihara dengan baik menjadi tujuan ziarah bagi banyak orang yang menghormatinya sebagai sosok leluhur dalam warisan budaya setempat. Dengan statusnya sebagai penghuni pertama Dusun Ketingan dan hubunganya dengan Pangeran Diponegoro, Makam Mbah Kromo Ijoyo menjadi sebuah simbol penting dari sejarah lokal Dusun Ketingan"

"Mbah Kromo Ijoyo itu kan, kalau dari cerita itu masa Sultan yang ke-7. Itu kan zaman penjajah, terus mengungsi, keluar dari keraton," ujar Lurah Tirtoadi Mardiharto saat ditemui Kompas.com, Senin (16/10/2023).

Kromo Ijoyo kemudian tiba di daerah yang saat ini Padukuhan Ketingan. Kromo Ijoyo lantas memutuskan untuk tinggal di Ketingan.

Mardiharto mengungkapkan dari cerita di masyarakat, Kromo Ijoyo merupakan salah satu prajutrit Pangeran Diponegoro. Namun, Mardiharjo mengaku tidak dapat memastikan kebenaran dari cerita tersebut.

"Iya katanya gitu (prajurit Pangeran Diponegoro), tapi itu kan cuma cerita-cerita. Cerita itu pas atau tidak, atau ditambah-tambahi saya nggak tahu," ucap Mardiharto.

Mardiharto menyampaikan di sebelah makam Kyai Kromo Ijoyo terdapat satu makam lagi. Makam tersebut adalah makam pejuang yang gugur setelah tertembak Belanda.

"Itu dari keraton juga, itu namanya Den Tejo. Saya masih ingat itu tentara ditembak Belanda terus dimakamkan di situ. Tapi sudah dipindah ke makam pahlawan. Iya tinggal nisannya. Memindahnya itu saya masih kecil," bebernya.

Makam Kyai Kromo Ijoyo lanjut Mardiharjo selama ini memang banyak didatangi untuk berziarah.

"Banyak yang ziarah. Ya kalau malam Jumat Kliwon, malam Selasa Kliwon sampai sekarang masih banyak yang ke sana," urainya.

Makam Kyai Kromo Ijoyo terdampak Tol Yogya-Solo

Padukuhan Ketingan menjadi menjadi wilayah terdampak jalan tol Yogyakarta-Solo. Makam Kyai Kromo Ijoyo pun juga ikut terdampak.

Dari pengamatan Kompas.com, tepat di sisi barat area Makam Kyai Kromo Ijoyo tampak kontruksi pembangunan Jalan Tol sudah dilakukan.

Lurah Tirtoadi Mardiharto membenarkan jika Makam Kyai Kromo Ijoyo terdampak pembangunan jalan Tol Yogyakarta-Solo.

"Iya, nanti mau dipindah dimana itu kan gampang, karena cuma satu (makam). Kalau banyak kan agak repot," ucapnya.

Menurut Mardiharto, area Makam Kyai Kromo Ijoyo berada di tanah kas desa. Hanya saja, sampai saat ini pihaknya masih menunggu koordinasi dari pihak tol terkait rencana pemindahan makam tersebut.

"Ya belum jelas sampai sekarang. Ya kalurahan menunggu," ungkapnya.

Sementara itu Humas PT Adhi Karya Pembangunan Tol Solo - Yogya, Agung Murhandjanto mengatakan makam-makam di DIY yang terdampak pembangunan Jalan Tol merupakan tanah Kasultanan.

"Untuk makam-makam terdampak tol ini sudah jelas kalau makam di DIY itu kan tanahnya Kasultanan walaupun di desa," ucap

Agung menyampaikan izin atau palilah pemanfaatan tanah sudah ada dari Kasultanan untuk proyek strategis nasional pembangunan jalan tol sudah ada.

"Untuk makamnya itu kan nanti mesti harus ada relokasi, dipindahkan nah itu kan masih menunggu pertama lahanya pengantinya siap. Kedua kan muncul biaya untuk memindahkan dan sebagainya. Nah ini dari pihak pemilik jalan tol perlu legal opinion dari aparat penegak hukum, nah ini yang masih ditunggu. Kita dan Keraton menunggu itu legal opinion dari Kejaksaan," ungkapnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/10/16/151224178/kisah-kyai-kromo-ijoyo-yang-makamnya-terdampak-tol-yogyakarta-solo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke