Selain itu, bagian Selokan Van Der Wijck yang melintang di atas sungai dibangun menggunakan talang baja berbentuk huruf U.
Talang tersebut disangga oleh rangka baja dengan ujung-ujungnya yang bertumpu pada kepala jembatan.
Pada bagian sambungan antara konstruksi Buk Renteng dengan saluran berikutnya setelah melintasi sungai dibuat menggunakan talang tembaga.
Selokan Van Der Wijck pada masa lalu berfungsi untuk mengairi perkebunan tebu milik Belanda yang ada di kawasan Sleman dan Bantul.
Pada masa itu, banyak terdapat perkebunan tebu di wilayah Minggir, Moyudan hingga Sedayu.
Memang pada masa Sri Sultan HB VIII keberadaan perkebunan tebu ini sangat penting seiring dengan peningkatan pada industri gula di Yogyakarta dan sekitarnya.
Selain itu, air yang dialirkan juga menopang sekitar 20.000 hektare sawah di sekitarnya yang juga menjadi lumbung padi bagi wilayah Yogyakarta.
Saat ini Selokan Van Der Wijck masih berfungsi dan merupakan bagian dari Saluran Induk Mataram.
Pada Saluran Induk Mataramini terdapat bagunan pembagi aliran air selokan yaitu Selokan Van Der Wijck dan Selokan Mataram.
Saluran irigasi ini masih menjadi penopang bagi area pertanian dan perikanan yang ada di sekitanya.
oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Buk Renteng atau Selokan Van Der Wijck dicanangkan menjadi cagar budaya berupa bangunan bersejarah non gedung pada 11 November 2008.
Sumber:
jogjacagar.jogjaprov.go.id
referensi.data.kemdikbud.go.id
surabaya.tribunnews.com
jogja.tribunnews.com
jogja.tribunnews.com
dpupesdm.jogjaprov.go.id