Salin Artikel

Selokan Van Der Wijck, Buk Renteng yang Lebih Tua dari Selokan Mataram

KOMPAS.com - Selokan Van Der Wijck merupakan sebuah kanal atau saluran irigasi yang berada di Kabupaten Sleman.

Masyarakat sekitar juga mengenal Selokan Van Der Wijck sebagai Buk Renteng yang artinya saluran air yang berderet panjang.

Nama lain dari saluran irigasi ini adalah Selokan Van Der Wek atau kini disebut sebagai Selokan Mataram II.

Selokan Van Der Wijck berhulu di Bendungan Karang Talun, di Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Saluran irigasi ini mengalirkan air dari Sungai Progo melewati Kabupaten Sleman dan membentang sejauh 35 kilometer hingga ke daerah Sedayu di Kabupaten Bantul.

Di sepanjang alirannya, selokan ini mengairi lahan pertanian di wilayah Tempel, Moyudan, Seyegan, Godean, Minggir dan Sedayu.

Sejarah Pembangunan Selokan Van Der Wijck

Sejarah pembangunan Selokan Van Der Wijck berbeda dengan sejarah pembangunan Selokan Mataram.

Jika Selokan Mataram dibangun pada masa pendudukan Jepang, Selokan Van Der Wijck sudah lebih dulu dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Selokan Van Der Wijck dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1909.

Adapun nama Van Der Wijck diduga merupakan pemimpin pembangunan selokan yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda saat itu.

Keunikan Bentuk Selokan Van Der Wijck

Bentuk Selokan Van Der Wijck memang tidak seperti selokan pada umumnya karena ukurannya jauh lebih dalam dan lebar.

Namun keunikan bangunan saluran irigasi ini ada pada bentuk saluran air yang tinggi layaknya jembatan panjang dengan konstruksi lengkung.

Hal ini karena Kanal Van Der Wijck merupakan salah satu saluran irigasi peninggalan Belanda yang dibangun menggunakan teknologi berbasis gravitasi.

Konstruksi bangunan saluran irigasi ini dibuat dibuat lebih tinggi dari jalan dan area persawahan di sekitarnya, dan ditopang oleh pilar-pilar melengkung dan saling tersambung.

Pada bagian atas bangunan merupakan saluran air, sementara bagian bawahnya dibuat terowongan yang bisa dilewati orang atau kendaraan.

Selain itu, bagian Selokan Van Der Wijck yang melintang di atas sungai dibangun menggunakan talang baja berbentuk huruf U.

Talang tersebut disangga oleh rangka baja dengan ujung-ujungnya yang bertumpu pada kepala jembatan.

Pada bagian sambungan antara konstruksi Buk Renteng dengan saluran berikutnya setelah melintasi sungai dibuat menggunakan talang tembaga.

Fungsi Selokan Van Der Wijck

Selokan Van Der Wijck pada masa lalu berfungsi untuk mengairi perkebunan tebu milik Belanda yang ada di kawasan Sleman dan Bantul.

Pada masa itu, banyak terdapat perkebunan tebu di wilayah Minggir, Moyudan hingga Sedayu.

Memang pada masa Sri Sultan HB VIII keberadaan perkebunan tebu ini sangat penting seiring dengan peningkatan pada industri gula di Yogyakarta dan sekitarnya.

Selain itu, air yang dialirkan juga menopang sekitar 20.000 hektare sawah di sekitarnya yang juga menjadi lumbung padi bagi wilayah Yogyakarta.

Saat ini Selokan Van Der Wijck masih berfungsi dan merupakan bagian dari Saluran Induk Mataram.

Pada Saluran Induk Mataramini terdapat bagunan pembagi aliran air selokan yaitu Selokan Van Der Wijck dan Selokan Mataram.

Saluran irigasi ini masih menjadi penopang bagi area pertanian dan perikanan yang ada di sekitanya.

oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Buk Renteng atau Selokan Van Der Wijck dicanangkan menjadi cagar budaya berupa bangunan bersejarah non gedung pada 11 November 2008.

Sumber:
jogjacagar.jogjaprov.go.id  
referensi.data.kemdikbud.go.id  
surabaya.tribunnews.com  
jogja.tribunnews.com  
jogja.tribunnews.com  
dpupesdm.jogjaprov.go.id  

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/10/03/220259378/selokan-van-der-wijck-buk-renteng-yang-lebih-tua-dari-selokan-mataram

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke