Leres meyakini, jumlah siswa merosot jumlahnya tahun ini terkait kondisi sekolah tidak sehat. “Sudah 10 tahun terakhir seperti ini,” kata Leres.
Baca juga: Tak Ditemukan Debu Vulkanik, Penerbangan Tetap Normal di Bandara YIA
Bardal menceritakan, dirinya menjadi guru di SD 2 ini sejak 2012. Kondisi jalan sudah rusak berat dan semakin parah dari waktu ke waktu.
Banyak kasus terjadi karena jalan rusak ini. Tidak sedikit pelajar maupun guru yang tergelincir karena jalan licin karena hujan. Bahkan, guru dan murid bergiliran sakit pada saluran pernafasan.
“Anak-anak ada saja yang sakit, seperti batuk. Begitu sesak, jadi batuk, batuknya gatal. Lama-lama kena debu seperti ini,” kata Bardal.
“Saat ini saja ada dua guru dan satu murid yang terserang sakit pada pernafasan,” kata Bardal.
Dukuh (kepala dusun) Gendol Sahfitri mengungkapkan, panjang jalan rusak parah yang berada di depan sekolah lebih dari 200 meter.
Menurut Sahfitri, tidak ada perbaikan jalan selama lima tahun belakang di jalan itu. Akibatnya, debu beterbangan ketika truk dan motor lewat, aktivitas sekolah terganggu.
“Saya kira (jalan) ini yang paling urgen diperbaiki. Dampak debu pada anak sekolah, pendidikan terganggu,” kata Sahfitri di kantornya.
Tidak hanya berdampak pada aktivitas belajar sekolah, pasar Wage – Pon di dekat sekolah juga terdampak, juga 15 kepala keluarga yang berada di sekitaran jalan.
Sejatinya, kerusakan jalan tidak hanya depan sekolah. Bila diinventarisir ada lima ruas jalan kabupaten rusak dengan kondisi serupa di wilayahnya.
Lurah Banyuroto, Sudalja menceritakan, ia sudah beberapa kali menyampaikan kesulitan warga akibat jalan rusak di depan SDN 2 Wonorejo lewat beberapa forum. Ia pernah pula bersurat yang ditujukan pada dinas terkait yang menangani jalan rusak. Namun, sampai sekarang belum ada kejelasan.
“Banyak yang belum tersentuh, bentuknya aspal tapi rusak,” kata Sudalja.
Lurah mengungkapkan, 50 persen jalan kabupaten di wilayahnya masih rusak dan belum terbangun baik. Progres pembangunan jalan rusak itu tidak menggembirakan. Sebaliknya, pembangunan jalan desa malah lebih cepat terealisir ketimbang jalan kabupaten.
“Kalau desa sudah banyak yang terbangun,” kata Sudalja di kantornya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.