Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Penemuan Tengkorak Manusia di Kecamatan Keraton Yogyakarta, Ada Juga Tulang Kuda

Kompas.com, 11 Agustus 2023, 16:01 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Benda diduga tengkorak manudia ditemukan di proyek revitalisasi benteng Keraton Yogyakarta, Margi Hinggil pada Senin (7/8/2023).

Saat ditemukan, tengkorak dalam keadaan utuh dan setengah badannya masih terpendam di tanah.

Sementara itu lokasi penemuan kerangka tersebut pernah menjadi lokasi Perang Geger Sepehi yakni penyerangan tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta tahun 1812.

Dan berikut 5 fakta soal penemuan tengkorak manusia di Kecamatan Keraton Yogyakarta:

1. Butuh 2 jam untuk evakuasi

Setelah menerima laporan, tim Inafis Polda Yogyakarta langsung ke lokasi. Mereka membutuhkan waktu sekitar 2 jam 45 menit untuk mengeluarjan benda yang diduga kerangka manusia.

Kerangka tersebut ditemukan dalam galian sedalam 1,5 meter lebih yang saat ini sudah dipasangi garis polisi.

Keberadaan tengkorak tersebut diketahui saat saksi melihat unggahan di Facebook tentang temukan yang diduga tengkorak manusida.

Setelah berhasil mengevakuasi, petugas membawa tulang belulang yang disimpan di kantong jenazah untuk dibwa ke RS Bhayangkara.

Baca juga: Temuan Kerangka Manusia di Proyek Revitalisasi Benteng Keraton Yogyakarta, Kondisinya Utuh

2. Bukan temuan tulang yang pertama

Ketua RW 14, Kurniawan mengatakan temukan tulang itu bukan yang pertama. Ia mengatakan di lokas lainnya juga pernah ditemukan barang yang diduga tulang belulang.

"Ternyata enggak cuma 1 ini tapi kemarin di utara juga ada tetapi enggak utuh. Kalau ini utuh maka bu RT kontak kelurahan lalu pak babin dan dari koramil datang ke sini," katanya.

Menurut dia, temuan yang diduga tengkorak ini masih dalam keadaan utuh karena tak hanya tengkorak yang ditemukan, tetapi juga setengah dari badan.

"Setengah badan tapi setengahnya lagi masih terpendam. Jadi tadi tukangnya tidak berani melanjutkan karena ditakutkan merusak itu kerangkanya. Diberikan ke Inafis," katanya.

Baca juga: Penemuan Kerangka Manusia di Kecamatan Kraton Yogyakarta, Polisi: Tulangnya Gabung dengan Tulang Kuda

3. Pernah terjadi Perang Geger Sepehi

Suasana oenemuan diduga tengkorak, Senin (7/8/2023)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Suasana oenemuan diduga tengkorak, Senin (7/8/2023)
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menjelaskan banyak kemungkinan mengapa di area tersebut ditemukan kerangka manusia.

Salah satunya lokasi tersebut pernah terjadi perang pada tahun 1812 silam.

“Perang geger sepehi (penyerangan tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta) juga di area situ,” kata dia.

Selain itu ia menjelaskan lokasi penemuan kerangka tesebut merupakan bagian dari area beteng .

Beteng yang berada di Jalan Suryomenturan, Panembahan, Keraton, Kota Yogyakarta ini hampir sama dengan beteng Vredeburg.

Keduanya memiliki jagang atau penyangga setinggi 11 sampai 12 meter Dia pun heran dengan adanya temuan kerangka manusia tersebut.

“Itu benar-benar enggak bisa njelaske e blas (tidak bisa sama sekali menjelaskan). Saya nggak punya atau info apa-apa,” kata dia.

Baca juga: Lokasi Penemuan Kerangka Manusia di Kecamatan Keraton Yogyakarta Ternyata Area Perang Sepehi

4. Tulang manusia gabung dengan tulang kuda

Kasi Humas Polresta Yogyakarta, AKP Timbul Sasana Raharja mengatakan kerangka yang ditemukan adalah kerangka dengan umur yang lama.

Ia mengatakan saat diangkat, tulang-tulangnya langsung hancur.

Bahkan, dia menyebut temuan yang diduga kerangka manusia ini gabung dengan kerangka kuda.

“Itu gabung sama kerangka kuda informasinya, remuk begitu diangkat,” ujar dia saat dihubungi, Kamis (10/8/2023).

Ia menambahkan, sampai sekarang belum ada laporan orang hilang.

“Iya kemungkinan (kerangka lama) sampai saat ini belum ada (laporan orang hilang),” ucap dia.

Dirinya belum mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan terkait kerangka yang ditemukan itu.

“Nanti kalau ada (perkembangan) saya informasikan,” ucap dia.

Baca juga: Temuan Kerangka Manusia di Proyek Revitalisasi Benteng Keraton Yogyakarta, Kondisinya Utuh

5. Proyek revitalisasi terus berjalan

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi memastikan proyek revitalisasi Benteng Baluwerti terus berjalan.

Menurutnya revitaslisasi tersebur sudah bergulir sejak tahun 2015.

"Revitalisasikan sudah beberapa tahun cuma bentuk-bentuknya yang berbeda. Kalau pengkajiannya sudah lama," jelasnya.

Saat ini proyek revitalisasi benteng Keraton Yogyakarta sudah mencapai pada bagian timur yakni Plengkung Bunthet atau Madyasura.

Proyek benteng ini merupakan lanjutan pembangunan benteng tahap pertama dengan tujuan mengembalikan bentuk benteng Keraton Yogyakarta seperti aslinya.

Baca juga: Temuan Diduga Kerangka Manusia di Kecamatan Keraton Yogyakarta Dibawa Polda DIY ke RS Bhayangkara

Dian menjelaskan, urgensi dari revitalisasi tersebut untuk penyelamatan dan kelestarian benteng sebagai salah satu penanda dan atribut cagar budaya atau keistimewaan.

"Selama ini ketika dia jadi penanda kan tidak kelihatan kecuali pojok beteng, bastion, kemudian plengkung padahal kan makna utama ya benteng itu yang kemudian tidak tertangkap sebagai penanda kota," jelasnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor : Ardi Priyatno Utomo, Robertus Belarminus, Dita Angga Rusiana), TribunJogja.com

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau