Sementara itu, Jogoboyo Banjararum, Agus mengungkapkan, tanah bergerak ancaman bagi kawasan Popoha, Klepu dan Mejing sejak dulu. Kawasan memiliki kontur miring yang curam.
Karenanya, kemunculan lubang besar dikaitkan pula dengan pergerakan tanah yang sering terjadi.
Pada masa lalu, Sekolah Dasar Negeri Mejing sudah dua kali pindah gedung akibat tanah bergerak yang merusak bangunan sekolah.
Ancaman lain juga berupa retakan tanah sepanjang 200 meter di sebuah bukit yang dinamai warga sebagai Muluh Bromo. Retakan itu sebenarnya berada di perbatasan wilayah dengan Kapanewon Girimulyo. Namun retakan tanah mengarah pada tiga pedukuhan di bawahnya.
Baca juga: [UNIK GLOBAL] Kantong Sampah Rp 26 Juta | Lubang Raksasa di Chile
BPBD memasang early warning system (EWS) di Muluh Bromo ini untuk memonitor pergerakan tanah setiap saat. Tiap kali hujan deras, warga secara mandiri mengungsi, mengantisipasi terjadinya longsor besar.
“Setidaknya tiga kali sudah pernah melakukan evakuasi mandiri,” kata Agus di lokasi.
Karenanya, fonemena alam tidak asing. Warga sangat mengenal potensi kerawanan di kawasan ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.