Dalam berita itu juga disebut, Pemkot Yogyakarta, Pemkab Sleman, dan Pemkab Bantul selaku pengguna TPA Piyungan harus segera mencari solusi.
Sementara Muhammad Iqbal Tawakkal dalam skripsinya di Departemen Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, berjudul ”Pemantauan Volume Sampah Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan” pada 2017 menyebutkan, TPST Piyungan diperkirakan hanya dapat menampung sampah hingga November 2020.
Hal tersebut didapat setelah menghitung daya tampung sampah di TPST Piyungan dibandingkan rata-rata volume sampah yang masuk ke sana setiap bulan.
Melihat kondisi tersebut, TPA Piyungan sempat direvitalisasi demi menambah kapasitas atau daya tampung.
Dilansir dari Kompas.com, pada 2020, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan revitalisasi untuk menambah kapasitas 438.000 ton sampah atau setara untuk kapasitas pengelolaan 2 tahun ke depan, atau hingga 2022.
Sementara dikutip dari bappeda.jogjakota.go.id, data dari Sekber Kartamantul (2022) mencatat volume sampah yang masuk ke TPA Piyungan mencapai sekitar 700 ton per hari.
Jumlah ini merupakan akumulasi sampah dari 3 wilayah, di mana Kota Yogyakarta menyumbang rata-rata 270 ton per hari, yang menempati ranking 2 di antara wilayah lainnya.
Dilansir dari TribunJogja.com, Kepala DLHK DIY Kuncoro Cahyo Aji mengungkapkan, dalam 10 tahun terakhir volume sampah di TPA Piyungan mengalami kenaikan sekitar 7,5 persen setiap tahun.
Pada 2022, rata-rata sampah yang masuk ke TPA Piyungan mencapai 742 ton per hari. Sementara pada periode Januari sampai Juni 2023, tercatat rata-rata sampah yang masuk TPA Piyungan mencapai 707 ton per hari.
Selain kondisi sampah di TPA Piyungan yang telah melebihi kapasitas, akses jalan yang terbatas juga mempersulit proses pembuangan dari kendaraan pengangkut sampah.
Terlebih, jalan yang dilewati kendaraan pengangkut sampah menuju ke area TPA juga digunakan warga setempat.
Dilansir dari Kompas.id, Perwakilan masyarakat sekitar TPA Piyungan, Maryono mengungkap bahwa panjang antrean truk pengangkut sampah bisa mencapai 1,5 kilometer pada waktu-waktu tertentu.
Sementara saat kondisi ramai, satu truk butuh waktu 4-5 jam untuk bongkar sampah di TPA Piyungan.
”Ini sangat mengganggu aktivitas masyarakat karena jalan ini, kan, digunakan juga oleh masyarakat,” ujar Maryono kepada Kompas.id, Rabu (16/2/2022).
Hal ini menyebabkan TPA Piyungan harus menghadapi beberapa masalah yang bahkan telah terjadi berkali-kali.