Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Terakhir Mahasiswa Korban Mutilasi di Sleman, Redho Sempat Komunikasi dengan Sang Ibu Sebelum Hilang

Kompas.com, 17 Juli 2023, 18:26 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Redho Tri Agustian (20) menjadi korban pembunuhan disertai mutilasi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Empat potongan tubuh korban ditemukan di sekitar Jembatan Kelor Bangunkerjo, Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman, Rabu (12/7/2023) malam.

Lalu, pada Sabtu (15/7/2023), polisi menemukan bagian tubuh lainnya. Kali ini ditemukan di Kalurahan Merdikorejo, Kapanewon Tempel, Sleman.

Keluarga korban, Majid, mengatakan, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) asal Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, tersebut sempat berkomunikasi dengan sang ibu sebelum hilang.

"Kalau gak salah hari Selasa (11/7/2023), itu masih komunikasi ngobrol biasa sama ibunya," ujarnya di Pangkalpinang, Minggu (16/7/2023), dikutip dari Tribunnews.

Baca juga: Redho Tri Agustian yang Hilang Diduga Jadi Korban Mutilasi, Ini Kata Teman Kos

Keesokan harinya, korban tak bisa dihubungi dan nomor ponselnya tidak aktif. Hal itu menimbulkan kecurigaan. Pasalnya, menurut Majid, hampir setiap hari, korban dan keluarganya berkomunikasi.

"Terus saat keluarga yang di Yogyakarta ngecek ke kontrakannya, kondisinya kosong, terus keadaan pintu kontrakannya tidak terkunci," ucapnya.

Untuk diketahui, Redho tinggal di tempat kos di Tamantirto, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY.

Kemudian, keluarga Redho yang berada di Yogyakarta mengecek rekaman CCTV di tempat kos korban. Dari rekaman terlihat Redho keluar kos sekitar pukul 00.01 WIB.

"Pergi cuma bawa handphone sama cas-an (charger), dan dari sini dia tidak balik lagi ke kontrakannya," ungkapnya.

Baca juga: Pemutilasi Mahasiswa UMY Asal Babel di Sleman Diduga Kenal dengan Korbannya

Korban mutilasi di Sleman sempat dilaporkan hilang


Lantaran keberadaan Redho tak diketahui, bibi korban lantas melaporkan hilangnya mahasiswa UMY itu ke Kepolisian Sektor (Polsek) Kasihan.

Kepala Seksi (Kasi) Humas Kepolisian Resor (Polres) Bantul Iptu I Nengah Jeffry Prana Widnyana membenarkan adanya laporan orang hilang atas nama Redho Tri Agustian.

"Polsek Kasihan menerima laporan orang hilang atas nama Redho Tri Agustian yang kos di Tamantirto, Kasihan, Bantul, pada Kamis, 13 Juli 2023 lalu sekitar pukul 12.30 WIB," tuturnya kepada Kompas.com, Minggu.

Baca juga: Mahasiswa UMY Asal Babel Korban Mutilasi di Sleman Dilaporkan Hilang Sejak 11 Juli

Sementara itu, teman sekos Redho, Apriansyah Awahab, menuturkan, sepeda motor korban masih berada di kos saat Redho pergi.

"Enggak tahu perginya naik apa," jelasnya, Senin (17/7/2023).

Menurut Apriansyah, teman-temannya sempat mencoba mengontak Redho. Namun, tak terbalas.

"Katanya teman-teman sempat menghubungi, tapi dihubungi sebentar centang 2, terus dihubungi lagi sudah enggak bisa lagi, sudah centang 1," terangnya.

Baca juga: Korban Mutilasi Sleman Diduga Dieksekusi di Kamar Kos Pelaku, Polisi Temukan Pisau dan Palu di TKP

Pencocokan data

Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol FX. Endriadi (tengah) saat jumpa pers terkait perkembangan penanganan kasus penemuan potongan tubuh di area Jembatan Kelor, Bangunkerto, Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman.KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol FX. Endriadi (tengah) saat jumpa pers terkait perkembangan penanganan kasus penemuan potongan tubuh di area Jembatan Kelor, Bangunkerto, Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman.

Nama Redho muncul sebagai korban mutilasi di Sleman setelah polisi melakukan pencocokan data.

"Ada laporan kehilangan di Polsek Kasihan Bantul, kemudian kita berkomunikasi dengan Polsek, kita cocokkan dengan adanya temuan potongan-potongan tubuh tersebut," beber Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum (Wadir Reskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) DIY AKBP Tri Panungko dalam jumpa pers di Markas Polda DIY, Minggu.

Kini, dua pelaku telah ditangkap oleh polisi. Mereka berinisial W dan RD.

Dirreskrimum Polda DIY Kombes FX Endriadi menuturkan, korban dan pelaku diduga saling kenal.

Kini, untuk mengungkap kasus mutilasi di Sleman ini, polisi tengah memeriksa kedua pelaku secara intensif.

"Kita dalami terkait peristiwa dengan peristiwa pidananya. Bagaimana bisa terjadi dugaan pembunuhan kemudian mutilasi," paparnya, Minggu.

Baca juga: Potongan Tubuh Manusia di Sleman, Awalnya Ditemukan di Dasar Sungai, lalu di Semak-semak

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono; Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo; Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Khairina)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Komunikasi Terakhir Korban Mutilasi di Sleman dengan Ibu hingga Keinginan sebelum Tewas

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau