Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Tempat Bersejarah di Yogyakarta, Ada Tempat Lahirnya Megawati Soekarnoputri

Kompas.com - 12/06/2023, 18:00 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Yogyakarta merupakan wilayah yang menyimpan sejarah sejak zaman kerajaan, sehingga banyak tempat bersejarah di daerah ini.

Tempat bersejarah tersebut masih berdiri kokoh dan dapat dinikmati kemegahannya hingga kini.

Sejumlah tempat bersejarah menjadi objek wisata yang dapat menjadi pilihan daftar wisata saat berada di Yogyakarta.

Tempat Bersejarah di Yogyakarta

1. Kawasan Kotagede

Kotagede merupakan kota lama yang terletak di bagian selatan Yogyakarta. Secara administratif, Kotagede terletak di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.

Kawasan kota gede merupakan bekas ibu kota Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada tahun 1532 M.

Pada masa lalu, Kotagede merupakan kota pusat kegiatan politik, ekonomi, dan sosial budaya.

Kotagede menggunakan konsep tatanan kawasan tradisional yang menggunakan empat eleman (catur gatra), yaitu rumah raja, pasar alun-alun, dan masjid.

Namun saat ini, hanya ada masjid (Masjid Ageng) dan lokasi pasar (Pasar Gede Kotagede) atau Pasar Kotagede

Pasar Gede Kotagede dikenal sebagai aktivitas ekonomi sejak zaman Kerajaan Mataram Islam hingga saat ini.

Nilai sejarah Kotagede lainnya dapat dilihat dari rumah tinggal yang masih tersisa, dimana terdapat rumah Kalang (sudagaran) dan rumah tradisional Jawa (rumah Joglo).

Baca juga: Kampung Purbayan di Kompleks Istana Pertama Mataram Islam, Kotagede Yogyakarta

Rumah Kalang dengan ciri arsitektur Eropa sesuai dengan budaya dan alam sekitar.

Sedangkan, rumah Joglo dengan ciri atap meninggi atau memuncak di bagian tengah yang disebut brunjung dan kayu berukir yang disebut bahu dhanyang.

Halaman rumah-rumah lama menarikanya dibatasi dengan pagar tinggi dan satu regol utama, sehingga jalan-jalan di kampung diapit pagar-pagar tersebut.

2 Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta mulai dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755 oleh Pangeran Mangkubumi.

Keberadaan Keraton Yogyakata tidak terlepas dari Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakata Hadiningrat.

Pembangunan Keraton Yogyakarta memakan waktu kurang lebih selama satu tahun. Bentuk bangunan keraton terpengarh model Eropa (Portugis, Belanda) dan China.

Sri Sultan Hamengku Buwono, keluarga, dan pengikutnya baru memasuki Keraton Yogyakarta pada tanggal 7 Oktober 1756.

Keraton Yogyakarta merupakan tempat tinggak Sri Sultan Hamengkubuwono dan keluarga, yang tidak semua terbuka untuk umum.

3. Taman Sari

Taman Sari, YogyakartaShutterstock/Nuttaphong Kanchanachaya Taman Sari, Yogyakarta

Letak Taman Sari tidak jauh dari Keraton Yogyakarta, hanya sekitar 0,5 kilometer di sebelah selatan Keraton Yogyakarta.

Taman Sari dibangun oleh Sultan Hamangku Buwono I pada tahun 1757, dengan arsitektur gaya Portugis dan Jawa.

Taman Sari adalah taman yang berada di dalam benteng. Di dalamnya terdapat area pemandian, tempat ganti pakaian, taman, dan ruang untuk menari.

Pada awalnya, fungsi Taman Sari adalah sebagai tempat rekreasi dan peristirahatan bagi Sultan Hamangku Buwono I beserta permaisuri, anak-anak, dan kerabat.

Kompleks Taman Sari juga sebagai lokasi pertahanan dengan adanya lorong-lorong bawah tanah dan dapur.

Baca juga: Koleksi Keraton Yogyakarta, Ada Pohon Mangga yang Sudah Langka

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PAN Gunungkidul Usung Mahmud Ardi sebagai Bakal Calon Wakil Bupati

PAN Gunungkidul Usung Mahmud Ardi sebagai Bakal Calon Wakil Bupati

Yogyakarta
Gibran Janji Kawal Program di Solo Meski Tidak Menjabat Sebagai Wali Kota

Gibran Janji Kawal Program di Solo Meski Tidak Menjabat Sebagai Wali Kota

Yogyakarta
Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Yogyakarta
Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Yogyakarta
PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

Yogyakarta
PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

Yogyakarta
Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Yogyakarta
'Study Tour' Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

"Study Tour" Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

Yogyakarta
Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Yogyakarta
Sejumlah Daerah Larang 'Study Tour', Pemda DIY Yakin Tak Pengaruhi Kunjungan Wisata

Sejumlah Daerah Larang "Study Tour", Pemda DIY Yakin Tak Pengaruhi Kunjungan Wisata

Yogyakarta
Ditemukan Selamat, 2 Nelayan Gunungkidul Disambut Tangis Haru Keluarga

Ditemukan Selamat, 2 Nelayan Gunungkidul Disambut Tangis Haru Keluarga

Yogyakarta
Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com