Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kursi yang Pernah Diduduki Ki Hadjar Dewantoro Jadi Saksi Bisu Bentrokan di Tamansiswa Yogyakarta...

Kompas.com, 7 Juni 2023, 06:36 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Dua kelompok massa terlibat bentrok di Jalan Tamansiswa, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (4/6/2023).

Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa menjadi saksi bisu kericuhan tersebut.

Untuk diketahui, bangunan museum itu dulunya adalah rumah dari Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara. Tempat tersebut merupakan situs cagar budaya. Museum itu berada satu kompleks dengan Pendopo Tamansiswa.

Dalam kerusuhan tersebut beberapa barang bersejarah di museum itu menjadi korban. Salah satunya ialah kursi yang pernah diduduki Ki Hadjar Dewantara.

"Sudah pernah diduduki Ki Hadjar Dewantara, tokoh-tokoh bangsa sudah pernah, termasuk Pak Karno (Soekarno)," ujar Kepala Museum Tamansiswa Ki Murwanto, Senin (5/6/2023).

Baca juga: Imbas Kericuhan di Jalan Tamansiswa Yogyakarta, Pintu Museum Tamansiswa Rusak

Staf Museum Dewantara Kirti Griya, Agus Purwanto, mengatakan, sewaktu tiba di museum pada Senin pagi, dirinya melihat kursi tersebut terlempar dari posisi semula. Saat ditemukan, kursi itu dalam keadaan terbalik.

"Mungkin kursi itu sempat dipakai oleh massa di dalam kompleks untuk menghalau atau menakut-nakuti massa penyerangnya yang berada di luar,” ucapnya, dikutip dari Kompas.id.

Menurut Agus, setelah kursi itu dicek, bagian sandaran ternyata sedikit cekung. Sedangkan, alas kursi yang terbuat dari rotan juga hampir tercerabut. Kondisi kursi tersebut juga tidak lagi stabil. Padahal, sebelum terjadinya kericuhan pada Minggu malam, kondisi kursi itu masih baik.

Baca juga: Kapolda DIY Minta Maaf ke Yayasan Tamansiswa

Pintu Museum Tamansiswa rusak, dan kursi Ki Hadjar Dewantara yang Diinjak-injak masaKOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Pintu Museum Tamansiswa rusak, dan kursi Ki Hadjar Dewantara yang Diinjak-injak masa

Selain kursi, sebuah meja kuno diduga terinjak-injak oleh massa. Di bagian atas meja tersebut terlihat bekas jejak sepatu. Meja tersebut dulu dipakai sebagai meja makan oleh keluarga Ki Hadjar Dewantara.

Tak hanya itu, pintu belakang museum juga mengalami kerusakan.

"Rumah Ki Hadjar, rumah biasa. Pendopo tidak ada kerusakan. Kehilangan juga tidak ada, cuma pitu belakang (museum) jebol, itu kayunya masih asli. Dijebol massa untuk menyelamatkan diri," ungkap Ki Murwanto.

Ki Murwanto menuturkan, kursi, meja, dan sejumlah benda lainnya, termasuk bangunan bekas rumah Ki Hadjar Dewantara tersebut masih asli.

Terkait kondisi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa pasca-kerusuhan, Bagus Pujianto sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 10 DIY-Jateng menjelaskan bahwa barang-barang yang ada dalam museum itu memiliki nilai intrinsik dan ekstrinsik. Nilai-nilai tersebut tak bisa dikalkulasikan ke dalam angka.

”Semua benda koleksi museum memiliki nilai ekstrinsik sejarah dan cagar budaya yang tak tergantikan. Ketika benda-benda itu rusak, kerugian yang timbul tidak bisa dikalkulasi dengan angka karena kenangan di dalamnya tak ternilai harganya,” tuturnya.

Baca juga: Respons Kericuhan di Yogyakarta, Sultan: Marilah Mengedepankan Bebrayan Paseduluran

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau