Nurul mengungkapkan data yang diambil adalah real time untuk aktivitas pertanian, bisa terkait dengan budidayanya. Jadi misalnya padi mulai dari persiapan lahan, bisa mendata kebutuhan pupuk, jenis pupuk yang digunakan, tenaga kerja hingga biayanya.
Saat di fase menanam bisa didata jenis hama tanamanya, kemudian treatmentnya, obat yang digunakan, termasuk biaya yang dikeluarkan.
"Terus panen, mereka panen kapan, hasil panenya berapa, harga jual kalau memang dijual berapa. Kalau nggak dijual kita bisa lihat, oh ada petani yang ternyata hasil panen tidak dijual, untuk disimpan sendiri. Ada juga yang sebagian disimpan, sebagian dijual, kita bisa lihat berapa presntase yang dijual dan disimpan sendiri," urainya.
Data dari aktivitas pertanian ini mempunyai keuntungan bagi petani itu sendiri. Sebab berbagai informasi tentang aktivitas petani sudah terekam dalam data. Termasuk permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Sehingga pihak pemangku kebijakan atau dinas terkait bisa memberikan solusi dengan tepat.
"Petani memang mereka yang didata, tetapi ininya mereka bisa menyampaikan informasi-informasi seputar kegiatan pertaniannya dan juga terkait dengan ada kendala kan terekam di data. Nah ini kalau misalnya nanti digunakan oleh PPL atau dinas, mereka bisa tahu ohh di lokasi ini banyak hama ABC misal, oh treatment seperti ini, ini," tandasnya.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kalurahan Margoluwih, Kapanewon Seyegan, Kabupaten Sleman Pity Pertiwi Murni mengaku sangat terbantu dengan adanya aplikasi Data Collection Plarform (DCP).
"Dengan adanya aplikasi DCP ini mempersingkat waktu kerja penyuluh. Karena sudah tidak di titik beratkan penulisan dengan form," ujar Pity Pertiwi Murni.
Pity mengungkapkan saat ini dengan adanya aplikasi DCP tinggal mengakses menggunakan smart phone. Melalui smart phone, petugas dilapangan tinggal mengisi data yang dibutuhkan.
"Karena mempersingkat waktu kerja penyuluh dan lebih efektif, kita bisa melakukan pekerjaan lain yang belum dilaksanakan. Jadi waktu tidak habis hanya untuk pengolahan data atau pengumpulan data," tegasnya.
Data menurut Pity sangat penting bagi kemajuan pertanian. Selama di lapangan, Pity tidak mengalami kendala dalam pengumpulan data. Hanya saja, memang perlu menciptakan kepercayaan dari petani kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
Aplikasi DCP ini juga bermanfaat bagi petani. Dari data yang sudah terekam, petani bisa mengetahui riwayat kondisi lahan, kebutuhan pupuk hingga produksi panen.
"Jadi bisa untuk edukasi ke petani, jadi tidak asal tanam, tanam. Tetapi sekarang harus bisa mulai berfikir aku harus mencapai produktifitas seberapa untuk aku bisa meningkatkan pendapatan," tegasnya.
Kepala Perwakilan FAO Indonesia Rajendra Aryal mengatakan di dalam program ini Indonesia menjadi model tidak hanya wilayah ini tetapi global.
"Jadi dengan strategi e-agriculture ini Indonesia melakukan transformasi ke agriculture digital yang menjadi model ditingkat global," ucap Kepala Perwakilan FAO Indonesia Rajendra Aryal.
Rajendra mengaku senang karena DCP adalah perjalanan yang menarik dan bermanfaat. Rajendra berharap dengan adanya peraturan Menteri Pertanian akan ada dana yang mencukupi untuk keberlanjutan program digitalisasi yang saat ini sudah dimulai di tiga daerah.