Keberadaan bongpay, sebutan bagi pemakaman etnis Tionghoa, menggambarkan eksistensi mereka pada masa silam di Kulon Progo. Di Kulon Progo sekarang, etnis ini hanya tersisa segelintir orang . Mereka telah berbaur dengan warga lokal.
Baca juga: Jelang Perayaan Imlek, Kelenteng di Semarang Ini Bersihkan Ratusan Patung Dewa-dewi
Makam orang Tionghoa mudah diketahui dari bentuk kubur, nisan, dan mausoleum (bangunan pelindung makam), karena memiliki ciri khas dan gaya arsitektur tersendiri.
Komplek permakaman berisi ratusan bongpay. Lokasinya hanya 2 kilometer dari pusat Kota Wates. Secara umum, kondisi keseluruhan komplek permakaman masih banyak semak dan rumput.
Samiyem menceritakan, banyak ahli waris yang tidak lagi mengunjungi makam. Hal ini berdampak pada banyaknya bong rusak, tidak rapi, banyak gulma atau semak, bahkan nisan hilang.
Beberapa bong yang dalam kondisi baik biasanya dititipkan ke juru kunci untuk dirawat. Makam yang bersih membuat keluarga Tionghoa yang datang senang.
Keluarga Tionghoa yang ziarah lantas sering memberi upah atas usaha Samiyem. Lansia enam cucu ini mengaku bangga dan senang atas usahanya selama ini.
“Ada yang memberi banyak, tapi ada yang sedikit. Tidak tentu,” kata Samiyem sambil senyum lebar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.