Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Murid SMAN 1 Wates Diduga Disekap Satpol PP karena Menanyakan Harga Seragam Sekolah yang Mahal

Kompas.com, 3 Oktober 2022, 19:14 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Diintimidasi oknum Satpol PP

Perkara ini semakin melebar tepatnya pada tanggal 29 September 2022 sekitar pukul 14.00 WIB, ia menerima telepon dari Satpol PP Kulon Progo, untuk datang ke kantor Pol PP Kulon Progo.

"Teleponnya kurang lebih begini 'Pak A silakan datang ke kantor Satpol PP untuk menemui Bapak Kasatpol PP'. Kebetulan saya seorang penyidik PPNS, kebetulan, dan sekretariat PPNS itu ada di Satpol PP, saya berpikir ketika disuruh datang ke sana ya berkaitan dengan kegiatan kedinasan," ujar AP.

Saat dirinya dipanggil waktunya bertepatan dengan jam kerja dan ruangan aset milik negara.

Namun, dugaannya keliru saat datang ke ruangan tersebut AP ditunggu oleh dua orang oknum Satpol PP dan datang perwakilan dari pihak sekolah.

"Total dalam ruangan itu ada 8, sembilan dengan saya, dan saya sendirian diundang di situ. Saya terus terang pada saat itu perasaan saya sudah tidak enak, saya sudah merasa dijebak. Dan benar apa yang terjadi, saya diintimidasi," ujar dia.

Saat di ruangan, ia ditanyai oleh beberapa orang. Pertanyaan mulai dari apa motivasi dan motifnya menanyakan soal pengadaan seragam sekolah di SMAN 1 Wates.

"Apakah kamu ingin bikin gaduh di SMA 1 Wates, kamu alumni SMA 2 wates, ngapain kamu bikin gaduh di SMA 1 Wates. Ini tidak ada hubungannya SMA 1 dan 2, toh kalau saya alumni SMA 2, anak saya juga disekolahkan di SMA 1," ucap dia.

Baca juga: Mayat Laki-laki Tanpa Identitas Ditemukan Tersangkut di Dam Kali Progo Yogyakarta

Intimidasi dari oknum-oknum Satpol PP masih berlanjut. AP lalu ditanya sampai mana laporannya terkait pengadaan seragam.

AP menyampaikan pertanyaan yang dilontarkan kepada dirinya dengan menggunakan nada tinggi dan dirinya juga terpancing.

"Maka ketika tensi itu datang, hadir kemudian tiba-tiba Satpol PP berdiri dari ujung yang agak jauh, 'kamu jangan enggak sopan sampai di sini ya, maksudmu opo (malsudmu apa?)', kemudian mendekati ke arah saya. Kemudian Satpol PP  satunya juga bilang 'wes dirampungke neng kene wae' (sudah diselesaikan di sini saja), kemudian Satpol PP juga berkata, 'entekke sisan koe yo' (habisan sekalian kamu ya), habis itu mereka seperti membuat halangan di tengah ruangan. Pada saat itu saya sudah sangat ketakutan. Saya sudah tidak terbayangkan lagi," kata dia.

AP sempat khawatir mengenai keselamatannya saat itu.

Beruntung masih ada satu orang yang berbaik hati dengannya yakni Sarji salah satu anggota komite SMAN 1 Wates.

"Beliau yang menyelamatkan saya. Saya hanya bisa terdiam," kata dia.

Kemudian ia meminta keluar, namun dihalang-halangi oleh oknum Satpol PP.

Oknum Satpol PP tersebut mengatakan kepadanya bahwa AP tak bisa keluar sebelum menjawab apa motif dia mempertanyakan soal seragam.

"Saya minta keluar tetapi ada salah satu oknum dari Satpol PP yang bilang 'kamu enggak akan bisa keluar sebelum kamu memberikan jawaban apa yang sebenarnya terjadi dan motif kamu apa'," ungkap dia.

AP menambahkan, tak lama dari perkataan oknum Satpol PP tersebut, Sarji mengarahkan dirinya untuk segera pulang.

"Kemudian saya dan Pak Sarji diberikan arahan seolah-olah boleh pulang. Sebelum pulang saya menjabat tangan mereka, tapi dalam hati saya sakit hati sama kalian, akhirnya saya sampai di pintu lari ambil motor dan lari begitu saja," ucap dia.

AP mempertanyakan apa kewenangan Satpol PP Kabupaten Kulon Progo untuk mengurusi seragam sekolah.

Menurut dia, kewenangan Satpol PP adalah untuk mengurusi kabupaten sedangkan urusan SMAN 1 Wates adalah kewenangan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY.

"Kalau mereka mengatakan maaf ada statement pihak sekolah hanya menyatakan bahwa di Satpol PP hanya musyawarah, hanya mediasi, apakah ada kewenangan Satpol PP untuk memediasi seragam sekolah SMA. Pertanyaan saya seperti itu, tolong jawab," kata dia.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau