Saat parade menyeberangi alun-alun utara, maka akan dilakukan tembakan salvo dan sorakan pengawal Kraton yang sudah siap menyambut kedatangan gunungan tersebut.
Prosesi yang riuh inilah yang kemudian menjadi asal muasal sebutan atau istilah Garebeg atau Grebeg.
Sebanyak ima gunungan dibawa ke Masjid Gedhe Kauman dan dua gunungan lainnya dibawa ke Kepatihan dan Pura Pakualaman di mana akan dilakukan doa-doa sebelum akhirnya akan diperebutkan oleh masyarakat.
Masyarakat yang sengaja hadir akan berebut mengambil bagian-bagian dari Gunungan karena percaya bahwa bahwa ubarampe tersebut mempunyai kekuatan supranatural.
Contohnya para petani seringkali menggunakan bagian gunungan yang didapat untuk ditanam di sawah atau ladang mereka dengan harapan akan dijauhkan dari bencana atau nasib sial.
Sumber:
budaya.jogjaprov.go.id
dpad.jogjaprov.go.id
pesonaindonesia.kompas.com
warta.jogjakota.go.id