Sementara itu Kolonel Katamso pergi untuk menghadiri sebuah rapat penting bersama Pangdam Diponegoro, Brigjen Suryosumpeno, di Magelang.
Kepergian Kolonel Katamso ke Magelang ternyata dimanfaatkan oleh salah satu anak buahnya yang diduga berafiliasi dengan Komando Operasional G30S, yaitu Kepala Seksi V Korem 072 Kodam VII/Diponegoro Mayor Mulyono.
Mayor Mulyono mengambil alih komando Korem 072 Kodam VII/Diponegoro tanpa sepengetahuan Kolonel Katamso.
Hal itu ia lakukan dengan bantuan beberapa rekannya, seperti Mayor Kartawi, Mayor Daenuri, Kapten Kusdibyo, Kapten Wisnuaji, Sertu Alip Toyo, Peltu Sumardi, Pelda Kamil, Praka Anggara, Praka Sudarto, dan Praka Sugimin.
Masih di hari yang sama pada pukul 14.00 WIB, Kolonel Katamso yang telah kembali ke Yogyakarta belum menyadari bahwa Korem 072/Pamungkas sudah diambil alih oleh Mulyono dan anak buahnya.
Hal ini karena Kolonel Katamso langsung pulang menuju ke rumah dinasnya di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 48, Yogyakarta.
Tanpa disadari, aksi penculikan dan pembunuhan Kolonel Katamso tengah direncanakan oleh Mayor Mulyono dan anak buahnya.
Ada yang menyarankan agar Kolonel Katamso langsung ditembak di tempat, namun ada juga yang ingin membuatnya tewas dengan cara yang tragis.
Setelah berunding, upaya pembunuhan pun dilaksanakan tanggal 1 Oktober 1965 pukul 17.00 WIB.
Sore itu sebuah mobil Jeep Gaz masuk ke dalam pekarangan rumah Katamso dengan diikuti oleh dua truk yang dipenuhi para prajurit bersenjata lengkap.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.