Nur mendapat posisi sebagai engineering maintenance di perusahaan itu. Kini, ia bekerja jarak jauh mengelola lebih 50 server di berbagai negara.
Server itu untuk melayani perusahaan yang berlangganan pada perusahaan dan grupnya.
Bekerja di perusahan asing, Nur mengaku gajinya tidak lebih besar dari gaji PNS golongan 3A. Namun, penghasilan itu masih mampu membiayai semuanya, termasuk membalas budi usaha kedua orangtua yang menyekolahkan dirinya.
Ia juga mengambil alih semua utang Sanikem. Utang bank beralih padanya. Nur jadi tulang punggung untuk menebus utang keluarga.
Semua untuk membuat Sunardi dan Sanikem lebih tenang, tidak kepikiran kasus yang mengiris hati mereka.
"Sampai sekarang pun (utang itu) belum lunas," kata Nur.
Tidak hanya itu. Nur mengubah suasana rumah, yang tadinya rumah suram karena berdinding gedhek atau anyaman bambu, kini berubah jadi rumah batako meski baru sebagian dan belum diplester dan cat. Salah satu kamar dijadikan kantor jarak jauh bagi Nur.
Baca juga: Kisah Kaka, Fotografer Cilik Bertalenta di Semarang, Bekerja untuk Bantu Keluarga
Rumah mereka luasnya 56 meter persegi. Seluas separuh sudah menjadi dinding batu batako. Pembangunan rumah merupakan bantuan pemerintah bagi keluarga miskin lewat program BPSP dari Kementerian Pekerjaan Umum pada 2020.
“Uangnya ditambahi Nur. Kalau saya tidak mampu,” kata Sanikem.
Separuh dari rumah lama berupa kayu dan bambu masih tersisa seluas 30 meter persegi.
“Kadang adik (ketiga) minta sesuatu, saya beri. Tapi sekolah masih yang menanggung Simbok,” kata Nur.
Sambil berbicara, kadang Nur mengerjap atau sering berkedip tidak seperti biasa. Setiap kerjap tampak lebih keras sehingga menimbulkan kerut di ujung mata dan dahi.
Mereka semua hidup di rumah sederhana pada sebuah dusun di Kalurahan Banyuroto. Tidak jauh dari jalan tembus Wates - Magelang.
Sementara, Sanikem tetap bekerja seperti sedia kala. Tangannya yang kekar tetap bekerja dan tidak menyerah meski situasi keluarga seperti ini.
Walau begitu, mereka menikmati hidup baru, semangat baru, melupakan pahit masa lalu, menatap masa depan. Nur masih berjuang sampai sekarang untuk kehidupan keluarganya.
Sementara banyak anak muda berusaha keras untuk mewujudkan impiannya, sejauh itu pula sebagian usaha dipamerkan ke media sosial.
Sementara, segelintir orang berusaha keras dengan semangat menenangkan hati luka kedua orangtuanya. Menanggung bebannya lalu sambil berusaha untuk mewujudkan kehidupan lebih baik. Tidak menyerah dan berpikir positif, cukup baginya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.