Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Kelola 50 Server di Berbagai Negara, Pemuda Desa di Kulon Progo Ubah Nasib Keluarga (2)

Kompas.com - 14/06/2022, 05:45 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Luka itu masih menganga dalam hati suami istri Sunardi (66) dan Sanikem (56) yang hidup di sebuah dusun pada Kalurahan Banyuroto, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tidak terobati sejak anak kedua mereka ditemukan meninggal diselimuti misteri pada 2014.

Sunardi yang patah hati lebih banyak diam. Ia sering ditemukan melamun di lahan tempat mencari pakan sapi sejak kematian Nurohim, anak keduanya.

Sanikem tampak lebih tegar, sekokoh tangannya yang besar layaknya buruh serabutan. Ia tetap jualan tempe benguk dua kali dalam satu pekan demi menghasilkan Rp 50.000 – 100.000 sekali turun jualan di pasar.

Baca juga: Pemuda Desa di Kulon Progo Ini Kelola Puluhan Server di Berbagai Negara, Sering Dikira Pengangguran (1)

Sanikem juga masih buruh lepas usaha produk kerajinan serat alam dengan upah Rp 800 per satu set keranjang yang dirapikan olehnya.

Begitu sulit melupakan kenangan pahit itu. Terlebih, demi mengungkap kepastian kematian Nurohim, anak kedua mereka. Mereka rela utang dengan jaminan tanah dan rumah.

“Sekitar Rp 60 juta. Tanah ini dijaminkan,” kata Nurohman (33), anak pertama Sunardi – Sanikem.

Nur, panggilannya, memperbaiki posisi kakinya yang bersila, sebelum melanjutkan cerita. Ia menegakkan dada, mencoba menata suara agar hilang serak, lalu cukup berhasil menceritakan dengan runtut di tiap hela nafasnya.

Uang pinjaman banyak tersedot terkait kematian Nurohim di 2014. Media saat itu memberitakan, adiknya mati dengan luka berat, jauh dari rumah.

Sayang, kasus itu tidak berujung, menyisakan utang yang sulit dilunasi. Sunardi-Sanikem menelan pil pahit kasus itu tanpa kejelasan.

Ketika itu, Nur belum punya penghasilan tetap.

Kerja keras

Ia sambil mengingat kembali jasa orangtua. Meski dari keluarga miskin, suami istri itu susah payah mencari uang demi sekolah ketiga anaknya. Terutama Nur yang membutuhkan biaya cukup banyak untuk sekolah di jurusan Teknologi Informasi pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Pengasih.

Pemuda ini haus pada keingintahuan terkait dunia jaringan dan pemrograman. Di kelas satu, Nur sudah menarik kabel dan membuat jaringan komputer dari ruang guru.

Sementara teman sebayanya masih berkutat belajar install software dan merakit komputer.

Kelas dua, ia mendalami bahasa Inggris dari seorang native speaker asal Lithuania. Nur pula yang memperbaiki komputer si bule.

Baca juga: Kisah Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul, Tak Lagi Susah Urus Administrasi Kependudukan

Sepanjang tiga tahun sekolah membutuhkan biaya banyak. Mulai dari ongkos pulang pergi sekolah, belajar program, beli disket, flashdisk, bahkan membuat program untuk tugas akhir.

Nyaris setiap hari nongkrong di warung internet (warnet) untuk belajar dari pengelola warnet, baik belajar jaringan kabel, berselancar berjam-jam di dunia maya untuk mengisi rasa haus dunia jaringan IT hingga belajar hacker.

Karena semua itu, kebutuhan biaya jadi bengkak.

“Simbok berutang. Sekolah kejuruan itu butuh biaya besar. Sementara orangtua tidak punya pekerjaan tetap. Saya kadang minta (untuk kebutuhan sekolah), biaya itu konsekuensi kesasar ke dunia komputer,” kata Nur.

“Biaya warnet empat lima jam. Sementara adik sekolah utang juga,” kata Nur.

Semua berlangsung sampai Nur lulus dan mengawali mencari pekerjaan.

“Sementara bekerja di perusahaan ISP (internet service provider) belum menghasilkan dan tidak bisa memberi (untuk orangtua dan keluarganya),” kata Nur.

Nur terus mencoba peruntungan. Ia bekerja di beberapa perusahaan ISP. Naik turun tower telekomunikasi. Bahkan demi memasang tower merantau ke Samarinda, Kalimantan Timur.

Nur selepas remaja masih jiwa pemberontak. Karenanya ia tak betah lama bekerja di satu usaha dan sering tidak cocok dengan pemilik usaha.

Suatu waktu cobaan berat datang. Adiknya tewas tanpa kejelasan sebab.

Usaha kedua orangtuanya begitu hebat demi mencari tahu kenapa Nurohim mati, bahkan rela menggadai rumah.

Awalnya freelance

Perkenalan dengan seseorang bernama Samuel, orang Singapura berdarah Malaysia, mengubah masa depan. Awalnya Nur bekerja freelance pada Samuel.

Pertemuan tahun 2014 itu terus berlanjut pada berbagai proyek Internet of Things (IoT) di beberapa negara, terutama Singapura.

Nur bekerja dari jauh, dipercaya mengontrol kebutuhan perangkat keras dan lunak, memastikan semua perangkat terpasang, lalu Nur mengendalikannya dari jauh. Ia mengendalikan secara remote.

Baca juga: Kisah Sukses Kelompok Tani di Semarang Ekspor Beras Organik ke Timur Tengah, Harga Lebih Stabil

Usaha Samuel maju. Nur bergabung dengan Samuel dalam perusahan Consap Pte Ltd dengan kantor pusat di Singapura. Usahanya terkait Internet of Things (IoT).

Nur mendapat posisi sebagai engineering maintenance di perusahaan itu. Kini, ia bekerja jarak jauh mengelola lebih 50 server di berbagai negara.

Server itu untuk melayani perusahaan yang berlangganan pada perusahaan dan grupnya.

Bekerja di perusahan asing, Nur mengaku gajinya tidak lebih besar dari gaji PNS golongan 3A. Namun, penghasilan itu masih mampu membiayai semuanya, termasuk membalas budi usaha kedua orangtua yang menyekolahkan dirinya.

Bayar utang

 

Ia juga mengambil alih semua utang Sanikem. Utang bank beralih padanya. Nur jadi tulang punggung untuk menebus utang keluarga.

Semua untuk membuat Sunardi dan Sanikem lebih tenang, tidak kepikiran kasus yang mengiris hati mereka.

"Sampai sekarang pun (utang itu) belum lunas," kata Nur.

Tidak hanya itu. Nur mengubah suasana rumah, yang tadinya rumah suram karena berdinding gedhek atau anyaman bambu, kini berubah jadi rumah batako meski baru sebagian dan belum diplester dan cat. Salah satu kamar dijadikan kantor jarak jauh bagi Nur.

Baca juga: Kisah Kaka, Fotografer Cilik Bertalenta di Semarang, Bekerja untuk Bantu Keluarga

Rumah mereka luasnya 56 meter persegi. Seluas separuh sudah menjadi dinding batu batako. Pembangunan rumah merupakan bantuan pemerintah bagi keluarga miskin lewat program BPSP dari Kementerian Pekerjaan Umum pada 2020.

“Uangnya ditambahi Nur. Kalau saya tidak mampu,” kata Sanikem.

Separuh dari rumah lama berupa kayu dan bambu masih tersisa seluas 30 meter persegi.

“Kadang adik (ketiga) minta sesuatu, saya beri. Tapi sekolah masih yang menanggung Simbok,” kata Nur.

Sambil berbicara, kadang Nur mengerjap atau sering berkedip tidak seperti biasa. Setiap kerjap tampak lebih keras sehingga menimbulkan kerut di ujung mata dan dahi.

Mereka semua hidup di rumah sederhana pada sebuah dusun di Kalurahan Banyuroto. Tidak jauh dari jalan tembus Wates - Magelang.

Sementara, Sanikem tetap bekerja seperti sedia kala. Tangannya yang kekar tetap bekerja dan tidak menyerah meski situasi keluarga seperti ini.

Walau begitu, mereka menikmati hidup baru, semangat baru, melupakan pahit masa lalu, menatap masa depan. Nur masih berjuang sampai sekarang untuk kehidupan keluarganya.

Sementara banyak anak muda berusaha keras untuk mewujudkan impiannya, sejauh itu pula sebagian usaha dipamerkan ke media sosial.

Sementara, segelintir orang berusaha keras dengan semangat menenangkan hati luka kedua orangtuanya. Menanggung bebannya lalu sambil berusaha untuk mewujudkan kehidupan lebih baik. Tidak menyerah dan berpikir positif, cukup baginya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pejabat ASN yang Terlibat Korupsi RSUD Wonosari Gunungkidul Akhirnya Dipecat

Pejabat ASN yang Terlibat Korupsi RSUD Wonosari Gunungkidul Akhirnya Dipecat

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Siang Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Siang Berawan

Yogyakarta
Jasad Bertato Kepala Naga yang Terdampar di Pantai Imorenggo Ternyata Warga Sleman

Jasad Bertato Kepala Naga yang Terdampar di Pantai Imorenggo Ternyata Warga Sleman

Yogyakarta
Kala Raja Yogyakarta Sri Sultan HB X Duduk Lesehan Bareng Suporter Dukung Timnas U23

Kala Raja Yogyakarta Sri Sultan HB X Duduk Lesehan Bareng Suporter Dukung Timnas U23

Yogyakarta
PDI-P Buka Penjaringan Bacawalkot Yogyakarta, Ini Kriterianya...

PDI-P Buka Penjaringan Bacawalkot Yogyakarta, Ini Kriterianya...

Yogyakarta
Jenazah Tanpa Identitas Bertato Kepala Naga Terdampar di Pantai Imorenggo

Jenazah Tanpa Identitas Bertato Kepala Naga Terdampar di Pantai Imorenggo

Yogyakarta
Ikut Penjaringan di Golkar, Pj Wali Kota Yogyakarta Segera Dipanggil Pemprov DIY

Ikut Penjaringan di Golkar, Pj Wali Kota Yogyakarta Segera Dipanggil Pemprov DIY

Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Bakal Miliki 'Coworking Space' dan 'Coffee Shop'

Museum Benteng Vredeburg Bakal Miliki "Coworking Space" dan "Coffee Shop"

Yogyakarta
Pj Wali Kota Yogyakarta Dilaporkan ke Gubernur DIY dan Mendagri, Ini Penyebabnya

Pj Wali Kota Yogyakarta Dilaporkan ke Gubernur DIY dan Mendagri, Ini Penyebabnya

Yogyakarta
Jelang Laga Indonesia Vs Uzbekistan, Persewaan Proyektor di Gunungkidul Kebanjiran Order

Jelang Laga Indonesia Vs Uzbekistan, Persewaan Proyektor di Gunungkidul Kebanjiran Order

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 29 April 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 29 April 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 29 April 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 29 April 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Jatuh ke Jurang Saat Cari Lobster di Gunungkidul, Pria Asal Lampung Tewas

Jatuh ke Jurang Saat Cari Lobster di Gunungkidul, Pria Asal Lampung Tewas

Yogyakarta
Penyair Joko Pinurbo Dimakamkan di Sleman, Karyanya Terus Abadi

Penyair Joko Pinurbo Dimakamkan di Sleman, Karyanya Terus Abadi

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com