Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cari Alternatif Lokasi Pembuangan Sampah, Pemkot Yogyakarta Kerja Sama dengan Klaten

Kompas.com - 24/05/2022, 14:08 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta tidak ingin lagi peristiwa sampah menumpuk di jalanan saat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan ditutup seperti beberapa waktu lalu terulang.

Untuk itu, Pemkot Yogyakarta menjajaki kerja sama dengan Kabupaten Klaten terkait pembuangan sampah.

Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta Sumadi menyampaikan, salah satu tugas yang harus segera dikerjakan adalah soal pengelolaan sampah.

Baca juga: Sudah Overload, TPA Piyungan Tak Bisa Lagi Tampung Sampah pada Akhir 2022

Pasalnya, saat TPA Regional Piyungan tutup selama beberapa hari terjadi penumpukan sampah di Kota Yogyakarta.

Pihaknya telah menyiapkan berbagai skenario jika nantinya TPA Regional Piyungan kembali ditutup.

"Teman-teman kami di Yogyakarta sudah menyiapkan untuk mengantisipasi apabila terjadi hal-hal seperti di TPA piyungan. Jadi kita sudah menyiapkan yang di Nitikan Kidul Vismart itu ada sekitar tanah 3.000 (meter persegi) untuk pengolahan jadi bukan penimbunan tapi pengolahan," kata dia ditemui di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Selasa (24/5/2022).

Ia menyampaikan saat TPA Regional Piyungan ditutup selama tiga hari sampah di Kota Yogyakarta menumpuk, sehingga dikhawatirkan berdampak ke kenyamanan wisatawan yang datang.

"Karena kita hidupnya dari wisata, kalau kotor enggak enak," kata dia.

"Kita juga sudah menjajaki dan mudah-mudahan deal dalam waktu dekat ini ketika nanti TPA Piyungan ada hal-hal yang mungkin di luar kemampuan kita, kita sudah kerja sama dengan Klaten," jelas dia.

Baca juga: TPST Piyungan Dibuka, 700 Ton Sampah Diangkut dari Kota Yogyakarta

Ia mengungkapkan, TPA di Klaten masih memungkinkan untuk menampung sampah dari Kota Yogyakarta, karena masih memiliki lahan yang luas.

"Di sana TPA masih kemungkinan lebar ada sekitar berapa hekatr itu siap untuk menampung dari Yogyakarta," jelas Sumadi.

Sumadi menambahkan, ada satu kendala yang harus dipikirkan dengan matang yakni soal ongkos operasional yang dinilai besar.

"Hanya sedang kita hitung tentang ongkos operasional ini besar karena jauhnya dan sebagainya. Kita sudah siap-siap itu," kata dia.

Kerja sama dengan kabupaten lain diperlukan karena saat ini TPA Regional Piyungan hanya memiliki lahan terbatas yakni lahan TPA transisi yang diperkirakan hanya bertahan satu sampai dua tahun saja.

Baca juga: Cerita Warga dan Kondisi TPST Piyungan: Dari Cari Mainan di Tumpukan Sampah hingga Dijaga 24 Jam

"Kalau TPA Piyungan hanya diberi transisi 1-2 tahun kita di kota pun harus pikirkan jangka jauh kalau 1-2 tahun gimana, di samping alternatif pemanfaatan teknologi seperti yang nanti di Nitikan itu. Kita kan sangat terbatas lahannya harus berpikir keras," beber Sumadi.

Ia berharap penjajakan dengan Kabupaten Klaten ini dapat berjalan dengan lancar, sehingga pada akhir tahun ini dapat segera direalisasikan untuk mengurangi beban TPA Piyungan.

"Iya (tidak semua ke piyungan), di samping kita kabupaten dan kota untuk mensosialisasi mengedukasi mayarakat memilah sampahnya gitu lho sudah kita lakukan," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Yogyakarta
Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Yogyakarta
Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, 'Ngeyel' Bakal Dicopot

Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, "Ngeyel" Bakal Dicopot

Yogyakarta
Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Yogyakarta
Puluhan Lurah di Kulon Progo Bingung Isi LHKPN

Puluhan Lurah di Kulon Progo Bingung Isi LHKPN

Yogyakarta
Saat Pantai Parangtritis Jadi Pantai Paling Berbahaya di Yogyakarta...

Saat Pantai Parangtritis Jadi Pantai Paling Berbahaya di Yogyakarta...

Yogyakarta
Soal Kasus Ferienjob, Menkopolhukam Segera Bentuk Tim Khusus

Soal Kasus Ferienjob, Menkopolhukam Segera Bentuk Tim Khusus

Yogyakarta
Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Yogyakarta
Nekat Merokok, 11 Penumpang KAI Diturunkan Paksa sepanjang 2024

Nekat Merokok, 11 Penumpang KAI Diturunkan Paksa sepanjang 2024

Yogyakarta
Mesum di Sekolah, Dua Guru di Gunungkidul Dipecat

Mesum di Sekolah, Dua Guru di Gunungkidul Dipecat

Yogyakarta
Viral, Video Roda Depan Dicuri tetapi Sepeda Motor Ditinggal di Yogyakarta

Viral, Video Roda Depan Dicuri tetapi Sepeda Motor Ditinggal di Yogyakarta

Yogyakarta
3 Bocah di Gunungkidul Diamankan Polisi, Curi Kotak Infak untuk Beli Bensin dan Rokok

3 Bocah di Gunungkidul Diamankan Polisi, Curi Kotak Infak untuk Beli Bensin dan Rokok

Yogyakarta
13 Pengedar Obat Terlarang di Yogyakarta Ditangkap, Modus Dijual Lewat Facebook

13 Pengedar Obat Terlarang di Yogyakarta Ditangkap, Modus Dijual Lewat Facebook

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com