Dari 50-an butir kelapa dirinya bisa mendapatkan 5 sampai 6 botol bekas air mineral 600 mililiter yang dijualnya perbotol Rp 50.000.
Botol 1,5 liter dijual Rp 125.000 perbotol. Sementara untuk Blondonya dijual Rp 80.000 per kilogramnya.
Tumi menceritakan pelanggan minyaknya berasal dari warga terutama pegawai, selain itu penjual bakmi.
Baca juga: Ganjar soal Keluhan Minyak Goreng Langka: Jangan Ada Penimbunan, Beli Secukupnya
Untuk blondo dibeli warung makan yang biasanya menjual gudeg.
"Bahkan dari Solo ada 2 bulan sekali datang membeli 2 botol besar (1,5 liter)," kata Tumi.
Tak hanya untuk memasak, Tumi juga mengemas minyak kelapa menggunakan plastik ukuran kecil yang dijualnya Rp 8.000 perkantong.
Minyak ini digunakan untuk minyak rambut, biasanya dititipkan pedagang sayur.
Tumi menjual minyak sudah menjualnya di Pasar Argosari, Wonosari, berangkat dari rumah pukul 03.00 WIB.
Jika beruntung, pukul 07.00 WIB sudah habis, tetapi jika kurang laku kadang sampai siang hari.
Baca juga: Ketika Warga Kota Malang Harus Membawa Fotokopi KTP untuk Membeli Minyak Goreng...
Di tengah langkanya minyak kelapa sawit memang mempengaruhi sedikit penjualan minyaknya.
Namun peningkatan paling tinggi saat hari raya Idul Fitri, permintaan bisa meningkat cukup banyak, terutama blondo.
"Sekarang lakunya tanggal muda, para pegawai yang biasanya. Kalau tanggal tua pasarnya sepi," kata dia.