Hal ini karena tipe pegunungan karst sulit menyimpan air, sehingga dahulu masyarakat hanya memanfaatkan tampungan air hujan yang dibangun di dekat rumah, atau embung di daerah cekungan.
Oleh karena itu pemerintah setempat aktif membuat embung buatan dan juga Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) untuk memenuhi kebutuhan air saat musim kemarau.
Di Gunungkidul banyak ditemui luweng atau lubang sumur yang sangat dalam atau dalam bahasa ilmiah disebut sebagai sinkhole.
Sinkhole atau luweng ini terjadi karena aliran air melarutkan batuan kapur sehingga menimbulkan rongga di bawah tanah.
Rongga tersebut dapat berubah semakin besar dan membentuk goa dengan aliran di bawah tanah.
Apabila bagian atas gua runtuh maka akan terbentuk lubang, mulai diameter kecil seperti sumur hingga diameter sangat besar.
Tidak heran beberapa warga yang menemukan adanya luweng yang tiba-tiba muncul di kebun atau sekitar rumahnya.
Tanah yang tandus membuat tak banyak tanaman bisa dibudidayakan di daerah ini.
Salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan adalah singkong dan menjadi makanan pokok penduduk setempat.
Tiwul dan gatot merupakan olahan singkong atau ketela yang sudah dikeringkan dan diolah secara tradisional.
Saat ini varian tiwul dijual dengan berbagai rasa, sementara untuk varian originalnya bisa dikonsumsi bersama dengan gatot.
Panganan ini sekarang masih populer sebagai salah satu oleh-oleh khas Gunungkidul.
Belalang atau walang dalam bahasa setempat tidak hanya dilihat sebagai hama namun juga serangga yang bisa diolah menjadi lauk pauk.
Masuk dalam kategori makanan ekstrem, belalang menjadi salah satu kuliner khas Gunungkidul.
Belalang diolah dengan cara dibersihkan, dibumbui, dan kemudian digoreng sampai kering.