Motif batik Jlamprang Pekalongan mendapat inspirasi motif batik yang berasal dari pedangan Gujarat, India.
Baca juga: Festival Batik Pekalongan Angkat Tema Budaya Nusantara
Motif berasal dari kain tenun yang berbahan sutra khas Gujarat yang dibuat dengan teknik ikat dobel atau patola.
Kemudian, masyarakat Pekalongan mengadopsi ke dalam motif batik yang serupa dengan motif tenun itu.
Jadilah, motif Jlamprang berupa ceplok yang terdiri dari bentuk bujur sangkar dan persegi panjang yang disusun menyerupai anyaman pada kain tenun patola.
Batik Jlambrang tampil dengan warna-warna khas Pekalongan yang cerah.
2. Batik Encim
Batik Encim dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Enchin diproduksi secara turun-temurun.
Istilah batik "Encim" muncul dari kebiasaan wanita keturunan Cina di daerah pesisir, seperti Pekalongan, yang sudah bersuami banyak mengenakan kain panjang/sarong batik dengan motif khas Cina.
Ragam hias dan tata warna yang muncul berselerakan atau berlatar belakang kebudayaan masyarakat Cina, seperti ragam hias buketan dengan tata warna porselin Cina, ragam hias burung hong, naga, banji, maupun Sam Pek Eng Tay.
Baca juga: Belajar Membatik? Yuk, Kunjungi Museum Batik Pekalongan
Beberapa ragam hias lain mendapat pengaruh dari Solo dan Yogyakarta, seperti Cempaka Mulya.
Dalam perwarnaan, batik Encim menggunakan warna-warna yang cenderung merupakan warna-warna family rose. Selain itu, batik juga menggunakan warna khas etnis Cina, seperti merah, biru, maupun kuning.
Batik Pagi Sore Pekalongan merupakan hasil kerajinan yang banyak mendapat pengaruh dari luar. Hal ini terjadi karena, kondisi geografis Pekalongan yang merupakan daerah pelabuhan untuk masuknya bangsa lain ke Jawa, termasuk kedatangan Belanda, Cina, dan Jepang.
Pada, akhirnya kedatangan bangsa-bangsa tersebut terliat dalam kesenian, terutama batik.
Pada awalnya, akulturasi budaya asing paling menonjol dalam mempengaruhi bentuk pola hias batik Pagi Sore Pekalongan.
Sejalan dengan waktu, batik Pagi Sore mendapatkan pengaruh dari budaya lokal, bentuk pola hias yang berasal dari keraton Yogyakarta dan Solo mulai digunakan sebagai latar belakang pada kain batik Pagi Sore Pekalongan.