Selain militer, Benteng Vastenburg juga berfungsi sebagai pusat administrasi. Hal ini dapat dilihat dari fungsi benteng sebagai tempat tinggal dan kantor Residen Surakarta.
Keberadaan Residen di benteng ini baru berakhir setelah tahun 1896, dengan dibangunnya kantor residen di luar lingkungan benteng.
Baca juga: Tari Bedhaya Ketawang, Tarian Sakral Kenaikan Tahta Raja dari Kasunanan Surakarta
Saat ini Benteng Vastenburg sudah berstatus sebagai cagar budaya melalui penetapan pada 22 Juni 2010.
Layaknya sebuah benteng, Vastenburg dibangun dengan dinding bata yang tingginya mencapai enam meter.
Sekeliling benteng juga dilengkapi dengan parit yang lebar, sehingga disiapkan jembatan gantung sebagai penghubung untuk masuk ke pintu utama benteng.
Di masa lalu, pintu utama dengan jembatan gantung itu menghadap ke barat. Saat ini, parit lebar itu sudah tidak ditemui, dan hanya tersisa parit sempit dan dangkal.
Secara arsitektur, Benteng Vastenburg tidak beda dengan arsitektur benteng peninggalan penjajahan Belanda lainnya.
Perbeedaan antara benteng satu dan yang lain yang dibangun di masa Belanda hanya terletak pada ukuran, luas bangunan, serta tebal atau tipisnya dinding.
Dinging yang mengelilingi Benteng Vastenburg berbentuk tepung gelang. Pintu masuknya ada dua, yaitu di sisi barat dan timur.
Baca juga: Sejarah VOC di Indonesia: Kedatangan, Masa Kejayaan, hingga Keruntuhannya
Bangunan dalam benteng terdapat petak-petak rumah yang dulunya untuk para prajurit dan keluarganya.
Ada pula bangunan untuk tempat tinggal perwira militer yang jumlahnya antara enam atau tujuh asrama.
Struktur benteng dibuat layaknya tembok masif dengan lubang jendela atau pintu yang bagian atasnya melengkung.
Lantai pada tiap bangunan benteng disusun dari papan kayu yang menumpang pda balok-balok kayu.
Benteng Vastenburg bisa dikunjungi sebagai salah satu destinasi wisata sejarah. Tiket masuk Benteng Vastenburg cukup murah, yaitu Rp 1.000 untuk anak-anak, dan Rp 2.000 untuk dewasa.
Sumber:
Cagarbudaya.kemdikbud.go.id
Kemenparekraf.go.id