Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Vastenburg: Lokasi, Fungsi, dan Arsitekturnya

Kompas.com, 13 Januari 2022, 12:48 WIB
William Ciputra

Penulis

KOMPAS.com - Jika di Yogyakarta ada Benteng Vredeburg, maka di Kota Surakarta atau Solo juga ada benteng peninggalan Belanda yaitu Benteng Vastenburg.

Benteng Vastenburg bisa dikatakan lebih tua dibanding Vredeburg di Yogyakarta. Pasalnya, Vastenburg dibangun mulai tahun 1745.

Pembangunan Benteng Vastenburg diinisiasi oleh VOC selaku penguasa di Hindia Belanda kala itu.

Tujuannya tak lain adalah untuk mengawasi aktivitas sehari-hari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Baca juga: Benteng Vredeburg: Lokasi, Sejarah, dan Fungsinya di Masa Lalu

Lokasi Benteng Vastenburg

Lokasi Benteng Vastenburg sangat dekat dengan pusat Keraton Kasunanan Surakarta.cagarbudaya.kemdikbud.go.id Lokasi Benteng Vastenburg sangat dekat dengan pusat Keraton Kasunanan Surakarta.
Mengingat fungsinya sebagai lokasi untuk mengawasi keraton, maka benteng ini dibangun di dekat pusat Keraton Kasunanan.

Saat ini, lokasinya berada di Kedung Lumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Saat awal dibangun, benteng ini diberi nama Benteng Grooemoedigheid. Pembangunan dilakukan pada masa Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff.

Pada tahun 1756, benteng dibangun kembali untuk diperluas. Setelah pembangunan tahap kedua ini nama benteng diubah menjadi Benteng Vastenburg yang berarti Benteng Kukuh.

Benteng Vastenburg terus mengalami pembangunan pada tahun-tahun berikutnya, sehingga berbentuk seperti sekarang.

Seperti pada tahun 1891, dilakukan penambanhan bangunan tangsi dan kandang kuda untuk pasukan kavaleri kota.

Sementara pada tahun 1896 dilakukan pembangunan kantor residen di luar lokasi benteng.

Baca juga: Benteng Vastenburg: Sejarah, Fungsi, dan Kompleks Bangunan

Fungsi Benteng Vastenburg

Bagian dalam Benteng Vastenburg.cagarbudaya.kemdikbud.go.id Bagian dalam Benteng Vastenburg.
Disinggung sebelumnya, Benteng Vastenburg dibangun dengan tujuan untuk mengawasi aktivitas Keraton Kasunanan Surakarta.

Maka, benteng ini difungsikan sebagai pusat militer. Sejumlah pasukan ditempatkan di benteng ini.

Pasukan yang ditempatkan di benteng ini dimaksudkan untuk memudahkan jika sewaktu-waktu terjadi huru-hara di lingungan sekitar keraton.

Secara militer, benteng ini pada perkembangannya justru menjadi bagian dari jaringan utama pertahanan militer kolonial Belanda.

Selain militer, Benteng Vastenburg juga berfungsi sebagai pusat administrasi. Hal ini dapat dilihat dari fungsi benteng sebagai tempat tinggal dan kantor Residen Surakarta.

Keberadaan Residen di benteng ini baru berakhir setelah tahun 1896, dengan dibangunnya kantor residen di luar lingkungan benteng.

Baca juga: Tari Bedhaya Ketawang, Tarian Sakral Kenaikan Tahta Raja dari Kasunanan Surakarta

Arsitektur Benteng Vastenburg

Saat ini Benteng Vastenburg sudah berstatus sebagai cagar budaya melalui penetapan pada 22 Juni 2010.

Layaknya sebuah benteng, Vastenburg dibangun dengan dinding bata yang tingginya mencapai enam meter.

Sekeliling benteng juga dilengkapi dengan parit yang lebar, sehingga disiapkan jembatan gantung sebagai penghubung untuk masuk ke pintu utama benteng.

Di masa lalu, pintu utama dengan jembatan gantung itu menghadap ke barat. Saat ini, parit lebar itu sudah tidak ditemui, dan hanya tersisa parit sempit dan dangkal.

Secara arsitektur, Benteng Vastenburg tidak beda dengan arsitektur benteng peninggalan penjajahan Belanda lainnya.

Perbeedaan antara benteng satu dan yang lain yang dibangun di masa Belanda hanya terletak pada ukuran, luas bangunan, serta tebal atau tipisnya dinding.

Dinging yang mengelilingi Benteng Vastenburg berbentuk tepung gelang. Pintu masuknya ada dua, yaitu di sisi barat dan timur.

Selain dinding yang tebal dan tinggi, Benteng Vastenburg juga dikelilingi parit yang lebar dan dalam.cagarbudaya.kemdikbud.go.id Selain dinding yang tebal dan tinggi, Benteng Vastenburg juga dikelilingi parit yang lebar dan dalam.
Baca juga: Sejarah VOC di Indonesia: Kedatangan, Masa Kejayaan, hingga Keruntuhannya

Bangunan dalam benteng terdapat petak-petak rumah yang dulunya untuk para prajurit dan keluarganya.

Ada pula bangunan untuk tempat tinggal perwira militer yang jumlahnya antara enam atau tujuh asrama.

Struktur benteng dibuat layaknya tembok masif dengan lubang jendela atau pintu yang bagian atasnya melengkung.

Lantai pada tiap bangunan benteng disusun dari papan kayu yang menumpang pda balok-balok kayu.

Benteng Vastenburg bisa dikunjungi sebagai salah satu destinasi wisata sejarah. Tiket masuk Benteng Vastenburg cukup murah, yaitu Rp 1.000 untuk anak-anak, dan Rp 2.000 untuk dewasa.

Sumber:
Cagarbudaya.kemdikbud.go.id
Kemenparekraf.go.id

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau