Promosi pun digencarkan mengenai keindahan kawasan wisata tersebut, puncaknya kunjungan wisatawan mencapai sekitar 325 ribu yang teridentifikasi, di luar pengunjung yang hanya sekadar datang pada 2014.
Pihak Pokdarwis pun melakukan evaluasi menyeluruh, terkait banyaknya kunjungan tersebut apakah masyarakat sekitar sudah mendapatkan dampak ekonomi atau pemberdayaannya.
Mursidi mengatakan, hasil evaluasi kunjungan yang begitu banyak dengan harga tiket saat itu Rp 7.000 per orang, belum dirasakan dampaknya.
"Kemudaian pengunjung hanya membeli tiket masuk Rp7.000, mereka masuk dan langsung pulang. Mereka meninggalkan sampah dan tingkat erosi yang sangat luar biasa. Akhirnya kita evaluasi," kata dia.
Baca juga: Nglanggeran Masuk Daftar Best Tourism Villages UNWTO Diharapkan Menginspirasi Desa Wisata Lain
"Dengan kunjungan yang banyak, belum tentu memiliki nilai manfaat kaitannya dengan pemberdayaan," kata Mursidi.
Selain itu banyaknya pengunjung malah merusak ekosistem kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran.
"Banyak yang datang justru alam rusak, bagamaiana kami mengurangi jumlah kunjungan tetapi disisi lain bisa diberdayakan," ucap dia.
Mursidi mengatakan dari hasil identifikasi daya tarik wisata alam, kesenian adat budaya, hingga kegiatan masyarakat, akhirnya dibuat paket wisata.
Diharapkan orang yang datang, tidak harus naik ke Gunung, tetapi membeli paket wisata. "Paket itu dipromosikan maksimal, agar pengunjung bisa datang dan menginap," ucap dia.
Warga pun menyiapkan rumah untuk menginap wisatawan atau home stay, selain itu juga menaikkan harga tiket.
"Akhirnya terseleksi tersendiri, pengunjung yang cinta alam, seperti pengunjung yang memahami konsep ekowisata dan desa wisata," kata Mursidi "Sampai saat ini kami fokus menjual paket wisata," ucap dia.
Dijelaskan, sampai saat ini kawasan wisata yang terdiri dari Kawasan Gunung Api Purba, Embung, hingga pengelolaan coklat ada ratusan orang yang terlibat.
Baca juga: Sandiaga Janjikan Promosi Nglanggeran dan Perbaikan Sinyal Internet
Warga pun bisa tetap dilibatkan tanpa mengubah profesi awalnya seperti petani untuk wisata edukasi pertanian.
Ke depan, Mursidi mengatakan, pihaknya akan mengembangkan kawasan Nglanggeran agar pengunjung tidak jenuh seperti membuka kawasan perkemahan atau glamping.
Salah seorang warga Nglanggeran, Heru mengatakan, dirinya bersyukur Kalurahan yang awalnya biasa saja, saat ini sudah dikenal di Indonesia bahkan di dunia.