Salin Artikel

Desa Wisata Nglanggeran di Gunungkidul DIY Salah Satu Terbaik di Dunia

Pengumuman Best Tourism Village dilakukan dalam rangkaian program "Thematic Session" pada Sidang Umum UNWTO ke-24  di Madrid, Spanyol kamis (2/12/2021) waktu setempat.

Butuh proses panjang yang menjadikan Kalurahan Nglanggeran yang berada di sisi utara Gunungkidul ini diakui dunia.

Suasana Kawasan Kalurahan Nglanggeran, cukup sejuk pada Senin (6/12/2021) siang, maklum saat ini cuaca sedang mendung.

Dua bus wisata melewati jalan sempit berkelok menuju Griya Coklat yang berada tak jauh dari sekretariat Gunung Api Purba Nglangeran.

Di sisi lain, warga sekitar masih bekerja seperti biasa, ada yang bercocok tanam, menunggu loket, hingga berjualan.

Ketua Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran Mursidi menceritakan, awalnya aktivitas pemuda yang tergabung dalam karangtaruna Nglanggeran dimulai sekitar 1999.

Mereka beraktivitas sosial, salah satunya kegiatan penghijauan di sekitar Gunung Api Purba Nglanggeran.

"Menanam misalnya pisang, nanti hasilnya dijual, atau menanam rumput nanti hasilnya dijual ke peternak, hasilnya untuk kegiatan karangtaruna," ucap Mursidi saat berbincang dengan Kompas.com Senin (6/12/2021).

Saat itu memang ada beberapa pengunjung yang melakukan pendakian di kawasan gunung api purba yang berumur tersier (Oligo-Miosen) atau 0,6-70 juta tahun. Namun saat itu mereka berkunjung, dan hanya parkir motor di rumah penduduk sekitar.

Melihat potensi yang ada di kampungnya, penduduk sekitar mulai mengidentifikasi potensi, salah satunya potensi alam di sekitar Gunung Api Purba Nglanggeran setelah gempa DIY-Jateng tahun 2006

"Akhirnya kami tahun 2007 membuat badan pengelola desa wisata (BPDW), terus berubah 2008 menjadi kelompok sadar wisata (pokdarwis)," ucap Mursidi.

Pembentukan pokdarwis ini agar sesuai dengan peraturan kementrian pariwisata kala itu, yakni setiap kegiatan pariwisata agar memiliki pokdarwis.

Warga termasuk di dalamnya karangtaruna, pemerintah desa, hingga tokoh masyarakat, terus mengidentifikasi potensi yang ada agar bisa dikemas untuk wisata.

"AKhirnya kami melebur, karangtaruna kan lembaga di desa, akhirnya anggota karangtaruna dilibatkan bahkan menjadi motor penggerak di kawasan wisata," ucap dia.

Promosi pun digencarkan mengenai keindahan kawasan wisata tersebut, puncaknya kunjungan wisatawan mencapai sekitar 325 ribu yang teridentifikasi, di luar pengunjung yang hanya sekadar datang pada 2014.

Pihak Pokdarwis pun melakukan evaluasi menyeluruh, terkait banyaknya kunjungan tersebut apakah masyarakat sekitar sudah mendapatkan dampak ekonomi atau pemberdayaannya.

Mursidi mengatakan, hasil evaluasi kunjungan yang begitu banyak dengan harga tiket saat itu Rp 7.000 per orang, belum dirasakan dampaknya.

"Kemudaian pengunjung hanya membeli tiket masuk Rp7.000, mereka masuk dan langsung pulang. Mereka meninggalkan sampah dan tingkat erosi yang sangat luar biasa. Akhirnya kita evaluasi," kata dia.

"Dengan kunjungan yang banyak, belum tentu memiliki nilai manfaat kaitannya dengan pemberdayaan," kata Mursidi.

Selain itu banyaknya pengunjung malah merusak ekosistem kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

"Banyak yang datang justru alam rusak, bagamaiana kami mengurangi jumlah kunjungan tetapi disisi lain bisa diberdayakan," ucap dia.

Konsep diubah tidak mengejar pengunjung

Mursidi mengatakan dari hasil identifikasi daya tarik wisata alam, kesenian adat budaya, hingga kegiatan masyarakat, akhirnya dibuat paket wisata.

Diharapkan orang yang datang, tidak harus naik ke Gunung, tetapi membeli paket wisata. "Paket itu dipromosikan maksimal, agar pengunjung bisa datang dan menginap," ucap dia.

Warga pun menyiapkan rumah untuk menginap wisatawan atau home stay, selain itu juga menaikkan harga tiket.

"Akhirnya terseleksi tersendiri, pengunjung yang cinta alam, seperti pengunjung yang memahami konsep ekowisata dan desa wisata," kata Mursidi "Sampai saat ini kami fokus menjual paket wisata," ucap dia.

Dijelaskan, sampai saat ini kawasan wisata yang terdiri dari Kawasan Gunung Api Purba, Embung, hingga pengelolaan coklat ada ratusan orang yang terlibat.

Warga pun bisa tetap dilibatkan tanpa mengubah profesi awalnya seperti petani untuk wisata edukasi pertanian.

Ke depan, Mursidi mengatakan, pihaknya akan mengembangkan kawasan Nglanggeran agar pengunjung tidak jenuh seperti membuka kawasan perkemahan atau glamping.

Salah seorang warga Nglanggeran, Heru mengatakan, dirinya bersyukur Kalurahan yang awalnya biasa saja, saat ini sudah dikenal di Indonesia bahkan di dunia.

"Semoga semakin berkembang, dan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar," ucap Heru.

Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul Harry Sukmon mengatakan, Nglanggeran bersama Desa Wisata Tetebatu Lombok Timur Nusa Tenggara Barat dan Desa Wae Rebo Manggarai Nusa Tenggara Timur mewakili Indonesia dalam ajang tersebut.

"DIusulkan sejak Agustus 2021, kemudian dievaluasi dan semalam diumumkan masuk di Madrid, Spanyol," ucap Harry.

Harry mengatakan, dengan banyaknya penghargaan dan juga prestasi yang disumbangkan oleh Kawasan Desa Wisata Nglanggeran, diharapkan bisa menjadi cambuk bagi Desa Wisata lain di Gunungkidul, dan juga Indonesia pada umumnya.

"Pekerjaan rumah kami itu, mereplikasi Nglanggeran ke Desa Wisata yang lainnya," ucap Harry.

Sejumlah Desa Wisata di Gunungkidul, disebutnya memiliki potensi yang sama dengan Nglanggeran seperti wilayah Mulo, dan Desa Wisata Tepus, juga desa Wisata yang lainnya.

"Nglanggeran itu pelibatan masyarakatnya kuat, mudah-mudahan bisa dicontoh desa wisata yang lain," kata Harry.

Perlu diketahui kawasan Nglanggeran memiliki kawasan wisata seperti Gunung Api Purba, Embung, sampai pengolahan coklat yang sudah cukup dikenal masyarakat luas.

Selain itu, tradisi budaya masyarakat masih dijalankan sehingga menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke sana. Sejumlah home stay disediakan oleh masyarakat, bahkan pengelola pun sudah menyiapkan lokasi untuk berkemah bagi yang ingin merasakan suasana alam.

Sederet penghargaan pun pernah diraih seperti ASEAN CBT (community based tourism ) Award. Tahun 2017 merupakan 1st ASEAN CBT Award yang dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan tourism forum 2017.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2021/12/10/121931078/desa-wisata-nglanggeran-di-gunungkidul-diy-salah-satu-terbaik-di-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke