Pelanggan minta tambah, tapi tak mau membayar lebih
Harsi mengatakan, ada pembeli yang meminta tambahan porsi, tetapi tidak mau membayar lebih.
"Pembeli itu ada yang minta porsi kecil, porsi besar. Ada yang minta tambah, tapi tidak mau dihitung tambahannya malah protes," tambah dia.
"Ada pembeli suami istri membeli tengkleng komplit satu porsi, dua nasi, dan es teh dua. Tengkleng komplit itu dihitung porsi besar tidak mau. Nasi tambah juga tidak mau dihitung tarif," sambung dia.
Video viral yang beredar di media sosial berdampak sangat besar terhadap usaha Harsi.
Usahanya kini sepi karena banyak yang menganggap harganya mahal.
Biasanya, sehari dia bisa mengolah 5 kilogram tengkleng. Namun, sekarang hanya 2 kilogram. Itu pun terkadang tidak habis lantaran sepi pembeli.
"Saya kulakan itu harganya sudah mahal. Kok yang beli bilang, 'tengkleng Bu Harsi harganya mahal'. Saya tidak tahu kalau jadi viral begini," ucap Harsi.
Dirinya berharap warung tengklengnya bisa kembali ramai. Selama ini, keuntungan dari jualan tengkleng dia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Sebelumnya diberitakan, warung Tengkleng Bu Harsi di Jalan Kunir V, Solo Baru, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah viral di media sosial.
Banyak warganet yang mengeluhkan harga di warung tersebut sangat mahal dan tak sesuai dengan harga yang tertera.
Kabar tersebut berawal saat sebuah akun Instagram memuat potongan review di Google terkait tempat kuliner.
Di review, banyak pembeli yang mengeluhkan warung tersebut, karena dinilai sangat mahal dan harganya tak masuk akal.
Di google review, seorang warganet mengaku harus bayar Rp 150.000 untuk dua porsi tengkleng saat ke warung Bu Harsi.
Adapun Ketua Paguyuban Pedang Kaki Lima (PKL) Setia Kawan Solo Baru Sudarsi (51) mengatakan, akan memfasilitasi Harsi agar tidak kembali viral karena harganya dianggap terlalu mahal.
Darsi mengatakan, paguyuban sempat khawatir dengan viralnya warung tengkleng Bu Harsi karena harganya mahal sehingga dapat berdampak pada pedagang lainnya.
"Teman saya sendiri sudah pernah (makan), tapi masih di sana (utara jalan). 15 tahun yang lalu mungkin. Dua porsi Rp 150.000. Memang saya merasakan ada lidah, telinga, otak, memang lengkap tarifnya segitu," ungkap dia.
Agar tidak kembali terulang, paguyuban akan membantu Harsi untuk membuat daftar harga olahan tengklengnya.
Harsi juga akan dimasukkan dalam anggota paguyuban agar dapat mengetahui informasi dan perkembangan terkait pedagang kaki lima. (Penulis Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.