Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jeritan PKL Menyikapi Rencana Relokasi Mereka dari Kawasan Malioboro

Kompas.com, 1 Desember 2021, 19:44 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Dengan adanya rencana relokasi ini dirinya menegaskan tidak melakukan penolakan tetapi juga tidak menerima rencana relokasi ini, dan merasa keberatan.

"PKL khususnya kuliner bukannya menolak tetapi juga tidak menerima, kita hanya keberatan. Selain sulit dapat pelanggan dan keberatan dengan tempat, PKL kuliner di sirip-sirip tidak dipindah," ucapnya.

Faktor yang membuatnya merasa sangat keberatan adalah saat ini, para pedagang baru bisa bangkit dari keterpurukan karena terdampak pandemi Covid-19, tetapi harus direlokasi.

"Ibarat kita ini baru mau sadar, mau normal seutuhnya untuk bangun ekonominya. Kita ga bisa jualan saat pandemi, makan tabungan entek (habis), hutang di bank untuk usaha. Ini malah ada rencana relokasi," kata dia.

"Di belakang PKL itu ada banyak. Ada istri, anak, kita itu baru saja terpuruk kok wes dingenekke (sudah dibeginikan). Saya minta pemerintah duwe roso sithik lah (punya perasaan sedikit)," kata dia.

Ia berharap relokasi tidak dilakukan dalam waktu dekat ini tetapi relokasi dapat dilakukan 5 atau 10 tahun lagi. Menurutnya yang terpenting bukanlah merelokasi PKL tetapi mempercantik PKL agar tetap menarik wisatawan berkunjung ke Malioboro.

Baca juga: Pergub Larangan Demo di Malioboro Bakal Direvisi Sesuai Masukan Masyarakat

"Percantik itu PKL-nya misalnya, gerobaknya diseragamkan, untuk kuliner payungnya diseragamkan. Karena Malioboro dan PKLnya ini ikon, jangan sampai hilang ciri khasnya," ucap dia.

Pada hari Selasa Wage PKL se-Malioboro diliburkan untuk bersih-bersih, pada hari itu kunjungan wisatawan sedikit jika dibandingkan dengan hari-hari biasa.

"Coba lihat saat Selasa Wage sepi sekali. Bahkan saat Selasa Wage banyak wisatawan yang gak jadi berkunjung ke Malioboro karena PKL libur," imbuh dia.

PKL lainnya, Sukino (50), juga kaget mendengar adanya rencana relokasi Malioboro. Pasalnya, informasi relokasi Malioboro didapatnya secara mendadak.

"Kami sempat syok terkait informasi itu (relokasi) karena mendadak pada dasarnya kami keberatan adanya relokasi itu," ujarnya.

Sukino menyampaikan sosialisasi yang diterima oleh pihaknya hanya sebatas melalui sambungan telepon belum ada sosialisasi lanjutan dari pihak pemerintah.

Baca juga: Turis di Malioboro Jogja Bisa Vaksin dan Tes Antigen pada Akhir Pekan

"Ya diundang lewat telepon saat itu. Menurut pemerintah mungkin itu sosialisasi, tapi kan itu mendadak sekali kalau gitu," ucap dia.

Sukino diberitahu bahwa ia dan rekan-rekan PKL sebelum pindah ke eks gedung bioskop Indra PKL dipindahkan ke shelter yang dibangun di dekat Hotel Grand Inna.

"Untuk pemindahan teman-teman sementara ada yang ditaruh di shelter deketnya Hotel Grand Inna, dan untuk yang teman-teman kuliner saya serta teman-teman di eks bioskop Indra," jelas dia.

Halaman:


Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau