Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tugu Ngejaman, Penunjuk Waktu Peninggalan Belanda di Sisi Jalan Malioboro

Kompas.com - 18/12/2023, 20:31 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Wisatawan yang tengah berjalan-jalan di kawasan Jalan Malioboro bagian selatan akan menemukan sebuah monumen kecil dengan jam berbentuk lingkaran di atasnya.

Nama dari monumen ini adalah Stadsklok (jam kota), namun lebih dikenal masyarakat dengan nama Tugu Ngejaman.

Baca juga: Gereja St Fransiskus Xaverius Kidul Loji, Gereja Tertua di Yogyakarta yang Disebut Gereja Londo

Lokasi Tugu Ngejaman ini berada tepatnya di tengah simpang tiga Jalan Margamulya yang menghubungkan Gereja GPIB Margamulya, Pasar Beringharjo, Gedung Agung, dan Benteng Vredeburg.

Masyarakat yang tengah menyusuri bagian selatan Jalan Malioboro menuju kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta atau sebaliknya pasti akan melewati Tugu Ngejaman ini.

Baca juga: Kelenteng Poncowinatan, Klenteng Tertua di Yogyakarta yang Berdiri Sejak 1879

Sejarah Tugu Ngejaman Malioboro

Meski kerap dilewati wisatawan,nyatanya tidak banyak yang tahu sejarah Tugu Ngejaman yang berada di kawasan Jalan Malioboro.

Stadsklok atau Tugu Ngejaman dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda yang berhasil kembali merebut kekuasaan dari Pasukan Inggris.

Baca juga: Gauk Plengkung Gading, Sirine Tua yang Suaranya Hanya Terdengar di Waktu Tertentu Saja

Dikutip dari penelitian mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Heronimus Heron (2022) berjudul Tugu Ngejaman: Penanda Kuasa dan Pengingat Waktu di Yogyakarta disebutkan bahwa Stadsklok atau Tugu Ngejaman dibangun pada tahun 1916 sebagai monumen peringatan satu abad kembalinya Jawa ke pangkuan Pemerintah Kolonial Belanda.

Pada masa itu, fungsi Stadsklok atau Tugu Ngejaman ini tentunya sebagai penunjuk waktu, terutama bagi para serdadu Belanda yang berjaga di Benteng Vredeburg dan kantor residen Belanda.

Keunikan Tugu Ngejaman Malioboro

Dilansir dari laman Kemendibud Tugu Ngejaman memiliki dua bagian, yaitu bagian alas berbentuk persegi dengan sebuah jam berbentuk bulat di atasnya.

Tinggi bagian alas ini sekitar 1,5 meter apabila diukur dari permukaan jalan, sementara bagian jam memiliki diameter 45 centimeter.

Suasana di sekitar Tugu Ngejaman di depan GPIB Margamulya pada tahun 1920-an. Dok.BPCB DIY Suasana di sekitar Tugu Ngejaman di depan GPIB Margamulya pada tahun 1920-an.

Keunikan Tugu Ngejaman ada pada jam yang ada di atasnya yang dahulu bergerak menggunakan sistem pegas dan harus diputar pada waktu-waktu tertentu.

Sehingga warga sekitar Ngejaman akan memutar pegas jam secara bergantian agar jam tersebut tetap bergerak dan bermanfaat bagi masyarakat.

Namun saat ini Tugu Ngejaman sudah tidak lagi beroperasi dengan sistem pegas, melainkan menggunakan listrik.

Mengingat nilai sejarahnya, Pemerintah Kota Yogyakarta kemudian memasukkan Tugu Ngejaman dalam daftar Warisan Budaya Daerah Kota Yogyakarta melalui Keputusan Wali Kota Yogyakarta Nomor 297 Tahun 2019.

Sumber:
e-journal.usd.ac.id   
kebudayaan.kemdikbud.go.id  
djppi.kominfo.go.id  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tarif Pariwisata di Bantul Naik Mulai 1 Mei, Segini Besarannya

Tarif Pariwisata di Bantul Naik Mulai 1 Mei, Segini Besarannya

Yogyakarta
PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Yogyakarta, Baru Satu Orang yang Ambil Formulir Pendaftaran

PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Yogyakarta, Baru Satu Orang yang Ambil Formulir Pendaftaran

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Buruh Tuntut Rumah Murah, Kepala Disnakertrans DIY: Kami Komunikasikan

Buruh Tuntut Rumah Murah, Kepala Disnakertrans DIY: Kami Komunikasikan

Yogyakarta
Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Yogyakarta
Hari Jadi Gunungkidul Berubah dari 27 Mei Menjadi 4 Oktober

Hari Jadi Gunungkidul Berubah dari 27 Mei Menjadi 4 Oktober

Yogyakarta
Jadwal KRL Jogja-Solo 1- 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo

Jadwal KRL Jogja-Solo 1- 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo

Yogyakarta
Sakit Setelah Latihan Bela Diri, Mahasiswa di Sleman Meninggal

Sakit Setelah Latihan Bela Diri, Mahasiswa di Sleman Meninggal

Yogyakarta
May Day 2024, Buruh Perempuan di Jateng Tuntut Perlindungan dari Negara

May Day 2024, Buruh Perempuan di Jateng Tuntut Perlindungan dari Negara

Yogyakarta
Cerita Buruh DIY yang Tak Bisa Beli Rumah: Gaji Kecil, Harga Hunian Gila-gilaan

Cerita Buruh DIY yang Tak Bisa Beli Rumah: Gaji Kecil, Harga Hunian Gila-gilaan

Yogyakarta
'May Day', Buruh di Yogyakarta Tuntut Perumahan Murah, Subsidi Transportasi, dan soal Pendidikan

"May Day", Buruh di Yogyakarta Tuntut Perumahan Murah, Subsidi Transportasi, dan soal Pendidikan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Yogyakarta
Kronologi Demo Warga di Pendapa Bupati Banjarnegara Ricuh, 12 Orang Luka-luka

Kronologi Demo Warga di Pendapa Bupati Banjarnegara Ricuh, 12 Orang Luka-luka

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com