KULON PROGO, KOMPAS.com –Bendera merah putih dengan panjang 780 meter membentang di tepi jalan Pedukuhan Karang, Kalurahan Jatisarono, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bendera dengan lebar 1,5 meter itu berdiri pada 400 tiang setinggi 4 meter, mengelilingi 5 RT kampung yang dihuni mayoritas para petani.
Semua warga ambil bagian dalam upaya membentangkan bendera pada 30-31 Juli 2023. Bendera itu berkibar selama 1-31 Agustus 2023.
Baca juga: Ada 1.000 Bendera Merah Putih Terpasang, Jalan Desa di Purworejo Ini Jadi Wahana Selfie Warga
Salah satu warga yang turut berperan adalah seorang ibu rumah tangga. Halimah Dian Awami (52), IRT yang tinggal di belakang Masjid Adz Dzakirin, menjahit 40 meter bendera yang kemudian disambung dengan 740 meter bendera lama sehingga jadilah bendera sepanjang 780 meter, senada dengan HUT ke-78 RI.
Halimah juga yang menambal belasan lubang kerusakan bendera lama akibat pemakaian di masa lalu.
“Saya menjahit 40 meter. Tapi ada (bagian bendera lama) yang sobek-sobek, maka ada yang dipotong supaya bagus dan rapi lagi,” kata Halimah di rumahnya, Jumat (11/8/2023).
Halimah mantan guru. Keterampilan menjahit diperoleh dari ibunya yang seorang guru juga ahli menjahit.
Ia mengakui menjahit belum seterampil orangtua maupun simbahnya. Tapi setidaknya, Halimah bisa membuat mukena, menjahit pakaian bolong hingga bikin seragam sekolah.
Keterampilan itu pula yang dilirik panitia penyelenggara HUT RI di dusun. Panitia meminta tolong untuk menambah panjang bendera lama sekaligus memperbaiki kerusakan.
Kebetulan tidak ada penjahit yang siap melayani di tengah tingginya order seragam pada musim tahun ajaran baru.
“Usaha-usaha jahit kebetulan sedang penuh waktunya karena masa bikin seragam dan baju Jawa. Panitia datang dan bertanya, Ibu bisa menjahit? Iya, boleh,” kata Halimah.
Baca juga: Bupati Natuna Pasang 2.000 Bendera Merah Putih di Pulau Terluar
Ia menerima permintaan panitia. Halimah mengawali dengan membeli kain merah dan putih masing-masing sepanjang 25 meter, dengan anggaran panitia sebesar Rp 500.000.
Halimah sempat dapat bantuan tetangga untuk membelah horisontal kain sehingga masing-masing warna jadi 50 meter. Setelah itu, ia menjahit sendiri hingga selesai.
Halimah memanfaatkan mesin jadul warisan neneknya. Ia generasi ketiga yang menggunakan mesin manual ini di rumah.
“Tidak ada kesulitan,” kata Halimah.