YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Uji coba Malioboro full pedestrian yang dilaksanakan pada Senin (1/12/2025) masih menyisakan banyak pekerjaan rumah, salah satunya adalah maraknya parkir liar di area sirip-sirip Malioboro.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yeti Martanti, mengungkapkan bahwa selama uji coba, munculnya parkir liar menjadi masalah yang perlu segera ditangani.
"PR terutama parkir liar saat pemberlakuan full pedestrian sirip Malioboro diharapkan bisa jadi area putar balik. Saat warga akses ke Malioboro melalui sirip, mereka tidak akan parkir di sirip, tapi mereka melakukan droping, tidak parkir tapi putar balik," ujarnya pada Senin (1/12/2025).
Baca juga: Pedagang Tolak Uji Coba Malioboro Full Pedestrian, Was-was Kunjungan Berkurang
Yeti menjelaskan bahwa penerapan Malioboro full pedestrian akan dilakukan secara bertahap dalam waktu satu tahun ke depan.
Tujuannya adalah untuk mendukung kawasan Malioboro sebagai sumbu filosofi.
Ia juga mengakui bahwa ada berbagai pekerjaan rumah lain yang perlu diselesaikan, termasuk pengadaan sarana dan prasarana pendukung.
Dalam uji coba ini, Yeti berharap masyarakat dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta, terutama dari warga dan pelaku usaha di Malioboro.
"Kalau arahan dari pimpinan dalam rentang satu tahun bisa diberlakukan, tapi banyak sekali yang dipersiapkan. Tidak bisa mengatakan target, kita masih uji coba, pemberlakuan full kapannya belum bisa kita putuskan," kata dia.
Selain masalah parkir, permasalahan lain yang muncul adalah peningkatan produksi sampah.
Yeti menyebutkan bahwa selama uji coba Malioboro pedestrian yang dilakukan pada 7 Oktober lalu, terjadi penambahan sampah.
"Jadi penambahan ada, saat berlaku 2 hari, apakah akan terjadi penambahan lagi," tambahnya.
Sebelumnya, para pedagang di Malioboro menyatakan keberatan terhadap rencana uji coba full pedestrian yang berlangsung pada tanggal 1 dan 2 Desember 2025.
Baca juga: Uji Coba Malioboro Full Pedestrian Dimulai, Ini Kendaraan yang Boleh Melintas
Mereka khawatir bahwa pengurangan jumlah kendaraan akan berdampak negatif pada kunjungan wisatawan.
Kondisi serupa sudah dirasakan saat uji coba pertama pada bulan Oktober lalu, di mana pedagang melaporkan penurunan kunjungan hingga 30 persen.
Salah satu pedagang di Teras Malioboro, Slamet, mengekspresikan ketidaksetujuannya terhadap rencana Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut.
"Sebetulnya dari PKL itu tidak setuju ya, karena dengan begitu kan jarang kendaraan yang masuk ke area Malioboro," kata Slamet pada Jumat (28/11/2025).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang