Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur DIY Masih Dilema soal Proyek PSEL Danantara, Ini Kekhawatiran Sultan

Kompas.com, 21 Oktober 2025, 15:29 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono belum memutuskan untuk menerima proyek Pengolahan Sampah Menjadi Listrik (PSEL) yang ditawarkan oleh Danantara atau tidak.

Pasalnya, ia perlu berembug dengan bupati dan wali kota yang sudah mengalokasikan anggaran untuk membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Reuse, Reduce, Recycle (TPST 3R).

Kabupaten dan Kota yang sudah membangun TPST 3R yaitu, Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Sleman.

Apa Kekhawatiran Sri Sultan?

Sultan khawatir apabila menerima PSEL dari Danantara, TPST 3R di wilayah tersebut berpotensi mangkrak.

“Kami punya problem, pertanggung jawaban dengan BPK maupun BPKP bagaimana? Hal-hal ini harus kami lakukan dengan jelas, dengan harapan di belakang hari tidak ada problem apapun di bidang hukum,” ujar Sultan saat meninjau TPST 3R Tamanmartani, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (21/10/2025).

Baca juga: Pemerintah DIY Dilema soal Proyek Pengolahan Sampah yang Ditawarkan Danantara

Mengingat, lanjut Sultan, apabila menerima proyek PSEL Danantara, pemerintah daerah harus mampu memasok seribu ton sampah, sehingga berpotensi untuk mematikan TPST 3R yang saat ini sudah beroperasi.

Sultan menginginkan keputusan untuk menerima atau tidak PSEL Danantara dirembug oleh bupati dan wali kota.

“Kita ingin dari pengalaman-pengalaman yang ada ini, ke depan kita bisa mengambil keputusan yang kita anggap paling memungkinkan, keputusan itu kita ambil bersama,” ucap dia.

Sultan Minta Bupati-Wali Kota Tak Negosiasi Sendiri-sendiri

Sultan menambahkan bahwa keputusan untuk menerima atau tidak PSEL itu diserahkan kepada bupati atau wali kota.

“Keputusan tetap di kabupaten atau kota, karena sampahnya yang ada di kabupaten atau kota. Tapi bagaimanapun, saya tidak mau mereka bernegosiasi sendiri-sendiri dengan pemerintah,” ujar dia.

“Pilihan-pilihan mana yang terbaik itu kita kemukakan. Saya merasa juga bertanggung jawab, tidak mungkin saya lepas kabupaten atau kota melakukan negosiasi sendiri-sendiri, dan hanya memecahkan masalahnya sendiri-sendiri. Saya ingin semuanya kita pecahkan bersama. Itu saja,” pungkasnya.

Sebelumnya, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menghadapi dilema dalam menerima proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) yang direncanakan akan dibangun oleh Danantara.

Baca juga: Proyek Sampah Jadi Listrik di Yogyakarta Bakal Didanai Danantara

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Ni Made Dwi Panti Indrayanti, menjelaskan bahwa terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah DIY jika proyek PSEL yang dibiayai Danantara diterima.

Salah satu syarat utama adalah komitmen untuk menyuplai sampah lebih dari 1.000 ton per hari selama 30 tahun.

Jika Pemerintah DIY tidak dapat memenuhi syarat tersebut, mereka akan menghadapi sanksi.

"Jadi ini kan perjanjian, kalau kita sepakat, daerah dalam jangka waktu 30 tahun komitmennya harus menyiapkan sampah per hari 1.200 ton. Sedangkan kita kan baru berproses mengolah sampah," kata Made pada Rabu (1/9/2025).

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau