Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Keracunan Terulang, Dinkes Minta Guru di Kulon Progo Cicipi Menu MBG

Kompas.com, 20 Agustus 2025, 17:27 WIB
Dani Julius Zebua,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

 

KULON PROGO, KOMPAS.com – Usai memastikan makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi penyebab keracunan 497 siswa, Dinas Kesehatan Kulon Progo segera merilis serangkaian langkah mitigasi komprehensif.

Peran aktif guru di sekolah sebagai garda terdepan pengawasan dan perombakan Standar Operasional Prosedur (SOP) bagi penyedia makanan kini menjadi kunci utama.

Baca juga: 497 Siswa Kulon Progo Keracunan, 3 Jenis Bakteri Berbahaya Ditemukan di Menu MBG

Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Sri Budi Utami, menekankan bahwa pihak sekolah tidak boleh lagi sekadar menjadi penerima pasif.

Para guru diinstruksikan untuk melakukan pengecekan kualitas makanan secara organoleptik—memeriksa bau dan rasa—sebelum hidangan tersebut dibagikan kepada para siswa.

Langkah ini dianggap sebagai benteng pertahanan terakhir yang vital.

Sri menyatakan bahwa sumber kontaminasi terlacak dari satu penyedia layanan yang sama untuk beberapa sekolah.

“Populasi kasusnya tertutup,” kata Sri, menggarisbawahi pentingnya pengawasan di titik akhir distribusi untuk mencegah insiden meluas.

Evaluasi SPPG dan Siswa

Selain memberdayakan guru, Dinas Kesehatan juga memerintahkan evaluasi total terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) selaku penyedia makanan.

Pengetatan prosedur kini mencakup seluruh rantai pasok, mulai dari pemilihan bahan baku yang lebih ketat, terutama untuk protein hewani seperti ayam, daging, dan telur yang sangat rentan terkontaminasi.

Aturan ketat lainnya meliputi pengelolaan air bersih, sterilisasi alat masak, serta standar kebersihan yang tinggi bagi para penjamah makanan. Seluruh proses memasak, penyimpanan, hingga distribusi kini berada di bawah pengawasan yang lebih intensif.

Di sisi siswa, dinas kesehatan juga mengampanyekan dua perilaku penting:

  • Anjuran wajib mencuci tangan sebelum makan
  • Dilarang membawa pulang sisa makanan MBG.

Hal ini bertujuan untuk memastikan makanan dikonsumsi dalam kondisi paling layak dan mengurangi risiko kontaminasi lebih lanjut.

Langkah-langkah antisipatif ini dirancang sebagai respons langsung terhadap kejadian pada akhir Juli 2025 lalu.

Dengan melibatkan semua pihak—penyedia, sekolah, dan siswa—pemerintah berharap dapat memulihkan kepercayaan dan menjamin keamanan program MBG di masa mendatang.

Baca juga: Keracunan MBG Kulon Progo, Dinkes: Produksi Skala Besar Tingkatkan Risiko Kontaminasi Bakteri

Menu MBG Terkontaminasi 3 Bakteri

Sebelumnya, hasil uji laboratorium dari Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Yogyakarta menunjukkan bahwa sampel makanan dari satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) — penyedia makanan MBG — telah terkontaminasi oleh tiga jenis bakteri, yakni:

  • Bacillus cereus pada nasi,
  • Staphylococcus aureus pada tahu goreng dan sayur tumis,
  • Escherichia coli (E. coli) pada semangka.

"Semua bakteri itu seharusnya tidak ada dalam makanan," ujar Arif Mustofa, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kulon Progo, Rabu (20/8/2025).

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau