Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

497 Siswa Kulon Progo Keracunan, 3 Jenis Bakteri Berbahaya Ditemukan di Menu MBG

Kompas.com, 20 Agustus 2025, 16:49 WIB
Dani Julius Zebua,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo memastikan penyebab keracunan massal yang dialami 497 pelajar pada akhir Juli 2025 berasal dari makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Hasil uji laboratorium resmi menunjukkan sampel makanan yang dikonsumsi siswa terkontaminasi oleh tiga jenis bakteri berbahaya.

Baca juga: Buntut Keracunan Massal Pelajar, Pemkab Kulon Progo Bakal Bentuk Satgas Awasi MBG

Hasil uji laboratorium dari Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Yogyakarta menunjukkan bahwa sampel makanan dari satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) — penyedia makanan MBG — telah terkontaminasi oleh tiga jenis bakteri, yakni:

  • Bacillus cereus pada nasi,
  • Staphylococcus aureus pada tahu goreng dan sayur tumis,
  • Escherichia coli (E. coli) pada semangka.

"Semua bakteri itu seharusnya tidak ada dalam makanan," ujar Arif Mustofa, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kulon Progo, Rabu (20/8/2025).

Uji Lab dan Feses Siswa Memperkuat Temuan Kontaminasi

Sebelumnya, Dinkes Kulon Progo menguji tiga sampel makanan yang masing-masing terdiri dari nasi, tahu goreng, sayur tumis, semangka, dan air minum.

Dinkes Kulon Progo mengambil sampel dari SPPG yang beroperasi melayani beberapa sekolah di wilayah Bendungan hingga Sogan, Kapanewon Wates.

Ketiga sampel mewakili tiga kali pengiriman menu MBG di hari tersebut.

Semua SPPG memang diwajibkan memiliki bank sampel untuk setiap menu yang disajikan.

Uji laboratorium terhadap muntahan dan feses siswa memperkuat temuan bahwa kontaminasi berasal dari makanan MBG.

"Kontaminasi tidak hanya terjadi pada satu jenis makanan, melainkan menyebar ke berbagai menu," kata Mustofa.

Dinas Kesehatan kemudian menyimpulkan bahwa keracunan disebabkan oleh multi-faktor, dan kemungkinan satu anak terpapar lebih dari satu jenis bakteri.

Baca juga: Bukan Puluhan Siswa Lagi, Korban Diduga Keracunan MBG di Sleman Sudah 379 Orang

Gejala Keracunan

Gejala yang dialami siswa dalam kasus Juli 2025 lalu, umumnya berupa sakit perut, muntah, dan diare.

Total terdapat 497 siswa terdampak, yang tersebar di dua sekolah dasar dan dua sekolah menengah pertama.

Dari jumlah tersebut, hanya satu siswa yang menjalani rawat inap di RSUD Wates, dan hanya selama dua malam.

“Gejalanya ringan dan seragam. Yang dirawat inap hanya satu anak,” kata Budi.

Pihak Dinkes Kulon Progo mengimbau agar prosedur pelayanan ketat , mulai dari pengadaan dan distribusi makanan bergizi di sekolah, serta mengimbau agar seluruh pihak, termasuk sekolah dan orang tua, meningkatkan kewaspadaan terhadap higienitas pangan anak.

Dengan adanya langkah-langkah antisipasi dan pengawasan yang lebih ketat, diharapkan kasus keracunan makanan di Kulon Progo dapat dicegah, serta kesehatan dan keselamatan siswa tetap terjaga.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau