Selain itu, sampah organik diolah menjadi pupuk kompos yang dijual Rp 18.000 per karung. Semua kegiatan ini dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang dibentuk oleh pemerintah desa.
Bahan baku plastik yang dibutuhkan mencapai 1,5 ton per bulan, menyebabkan Talunombo kini harus mengimpor sampah dari luar daerah. Program TPS 3R di desa ini juga mendapat pendampingan dari Brida Jawa Tengah dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Produk BBM dari Talunombo bahkan sudah mengantongi sertifikat kelayakan.
"Langkah yang kami ambil bertujuan menyadarkan masyarakat luas bahwa sampah ini adalah tanggung jawab bersama. Cukup memilah dan memilih sampah, selebihnya bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat," tegas Badarudin.
Warga desa juga menyambut baik program ini. "Dulu baunya luar biasa menyengat. Tapi sejak ada teknologi ini, baunya hilang, air sumur juga tidak tercemar," kata Ahmad, warga Talunombo.
Hal senada disampaikan Budi Santoso, warga lain yang mendukung penuh program ini. "Kalau bisa diproduksi massal, lebih banyak warga akan merasakan manfaatnya," ujarnya.
Talunombo kini menjadi contoh desa yang berhasil mengelola sampah menjadi energi ramah lingkungan, menjadikan lingkungan lebih asri, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Semangat serupa juga berkembang di Desa Kasilib, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara. Sejak 2014, warga mendirikan bank sampah, namun penumpukan plastik menjadi masalah baru. Tahun 2017, sampah di bank ini mencapai 7 ton.
Untuk mengatasi masalah tersebut, warga mulai mengembangkan mesin pirolisis sejak 2018. Setelah berbagai kegagalan inovasi, mesin Pirolisis Gen 5 akhirnya berhasil dikembangkan pada 2021.
"Alhamdulillah, mesin Gen 5 sudah sangat efektif. Tahun 2022, kami dikenalkan ke BRIN, dan setelah diuji, hasilnya memenuhi standar nasional," ungkap Toha, pengelola bank sampah Desa Kasilib.
BBM dari pirolisis mereka memiliki cetane number 54,2 dan cetane index 65, melebihi standar nasional. Setiap 250 kilogram plastik dapat menghasilkan 70–80 persen solar, tergantung kualitas sampah.
Saat ini, Desa Kasilib mengoperasikan empat mesin pirolisis dengan kapasitas 50 hingga 100 kilogram per hari. Harga beli sampah plastik di desa ini Rp 1.200 per kilogram.
Founder Bank Sampah Kasilib, Budi Tresno Aji, menambahkan, mesin Pirolisis Gen 5 buatan mereka juga telah dipasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia. “Untuk kapasitas 30 kilogram per hari, harganya Rp 65 juta. Kapasitas 50 kilogram, Rp 95 juta,” jelasnya.
Budi berharap, setiap kecamatan bisa menggunakan mesin ini untuk menyelesaikan masalah sampah dari hulu.
"Harapan kami, sampah nonorganik yang sulit terurai bisa selesai di tingkat kecamatan tanpa harus dibuang ke hilir," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang