KULON PROGO, KOMPAS.com – Kepolisian Resor Kulon Progo mengungkap adanya komplotan pencuri dengan jaringan luas yang beroperasi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
Lima orang yang tergabung dalam komplotan ini sudah beraksi sejak lama dan baru berhasil terungkap.
Mereka ditangkap satuan reserse kriminal Polres Kulon Progo.
Baca juga: [HOAKS] Video Brankas Hasil Korupsi Oplos Pertamax
“Kami berhasil mengungkap tindak pidana pencurian dengan pemberatan. Korban perusahaan di kalurahan Sogan. Pelaku diamankan ada lima,” kata Iptu Adriana Yusuf, kepala Satreskrim Polres Kulon Progo, Jumat (21/3/2025).
Kelima pelaku SP (32), S (37), AKS (39), juga S dititipkan ke Polsek Sentolo dan T yang dititipkan ke Polsek Gamping, Bantul.
AKS dkk dibekuk karena kasus pencurian brankas di sebuah gudang pada 26 Februari 2025. Mereka mengambil uang tunai Rp 162.252.000 dari brankas.
Kelimanya juga mengambil beberapa peralatan elektronik dari gudang yang dibobol.
"Pihak perusahaan mengalami kerugian total hingga Rp 185 juta," kata Yusuf.
Polisi menangkap pelaku SP di rumahnya di Prambanan, Klaten, Jateng, di awal mengungkap kasus. Rumah tukang pengumpul barang bekas ini ternyata menjadi base camp operasi, tempat mereka mengumpulkan barang hasil curian hingga bagi-bagi uang.
SP lalu diamankan beserta satu buah mobil dan peralatan yang digunakan sebagai sarana aksi. Polisi kemudian membekuk satu per satu pelaku. Usai SP, polisi menciduk S dan T di Terminal Jombor, Sleman.
Kemudian, polisi menangkap otak aksi, yakni AKS di Stasiun Lempuyangan. Polisi juga menangkap S yang sedang bersama AKS saat itu.
Baca juga: Ribuan Benih Tanaman Disetorkan ke Svalbard, Brankas Persiapan Kiamat di Gunung Es Norwegia
Dari kelima pencuri, terungkap adanya jaringan pencuri yang beroperasi di DIY dan Jateng.
Mereka awalnya mengakui sudah beraksi tak hanya di Sleman dan Kulon Progo, tetapi juga di Bantul. Termasuk sampai ke Kebumen dan Purworejo di Jateng.
Karenanya, S dititipkan ke Polsek Sentolo dan T di Polsek Gamping, Bantul. Keduanya punya kasus tersendiri di wilayah itu.
Yusuf mengungkap, setiap pelaku bisa bekerja secara berkelompok dan kadang dengan kelompok lain dalam melancarkan kejahatannya. AKS asal Jakarta Timur menjadi otak dalam aksi para kelompok-kelompok ini.
Mereka menyasar gedung perkantoran atau gudang yang tidak dijaga.
"Aksi mereka berlangsung dalam 5 tahun terakhir," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang