YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dalam 100 hari pertama kerja, Hasto Wardoyo bakal fokus dalam tiga hal setelah dilantik sebagai Wali Kota Yogyakarta.
Pertama adalah fokus penanganan sampah, merealisasikan one village one university, dan pembangunan kawasan sumbu filosofis.
Untuk diketahui bahwa KPU Kota Yogyakarta telah menggelar rapat pleno rekapitulasi suara Pilkada 2024 di tingkat Kota Yogyakarta.
Hasil dari rapat pleno tersebut adalah pasangan calon (paslon) nomor urut 1 Heroe Poerwadi - Sri Widya Supena mendapatkan 45.518 suara.
Baca juga: Hasil Rekapitulasi Suara Pilkada Yogyakarta 2024, Hasto-Wawan Unggul
Paslon nomor urut 2 Hasto Wardoyo - Wawan Harmawan mendapatkan 87.485 suara.
Paslon nomor urut 3 Afnan Hadikusumo - Singgih Raharjo mendapatkan 63.876 suara.
Hasto mengatakan sampah merupakan masalah prioritas yang harus segera diselesaikan setelah dirinya dilantik menjadi Wali Kota Yogyakarta.
Dia menyampaikan, ada beberapa hal yang harus ditangani untuk menyelesaikan masalah sampah pertama adalah membagi penanganan sampah menjadi beberapa poin.
Pertama yakni menyelesaikan sampah yang sifatnya darurat, baru membangun sistem pengelolaan dan pengolahan sampah di tingkat Kota Yogyakarta.
Baca juga: Aliansi Peduli Demokrasi Menuntut Pembatalan Proses Pilkada di Kota Palopo, Ini Sebabnya
“Khusus yang emergency itu keberadaan sampah yang ada di lingkungan kita yang sangat mengganggu dari sisi, estetika dan juga dari sisi kesehatan ya. Terlebih ini musim hujan tiba, ketika sampah itu menumpuk di mana-mana,” kata dia saat dihubungi, Senin (2/12/2024).
Kondisi ini lanjut Hasto harus memiliki jalan keluar.
Langkah untuk exit emergency yakni memaksimalkan TPST 3R yang dimiliki Pemkot Yogyakarta, memaksimalkan mesin incenerator, dan kerjasama dengan daerah lain.
Untuk langkah awal, Hasto akan mengkalkulasi terlebih dahulu berapa jumlah sampah yang ada di Kota Yogyakarta setelah itu barulah menentukan berapa ton sampah yang harus masuk incinerator, TPST 3 R, serta berapa yang harus dikerjasamakan dengan luar Kota Yogyakarta.
“Kota Yogyakarta punya mesin yang sudah diadakan ya, ada, kalau enggak salah ada dua unit ya. Dua unit untuk insenerator ya. Ada dua unit insenerator,” kata dia.
“Nah, untuk mengatasi yang kondisi daruratnya memang insenerator itu harus hidup,” kata dia.