YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Suara alat berat yang mengeruk tanah di sekitar Sungai Prambutan memecah kesunyian di Padukuhan Kedungwanglu, Kalurahan Banyusoco, Kapanewon Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (30/9/2024) siang.
Beberapa warga dan anak-anak sekolah yang sedang beristirahat terlihat menyaksikan ekskavator yang tengah bekerja.
Antusiasme mereka sangat beralasan.
Pasalnya, sejak belasan tahun lalu, setiap musim hujan, mereka harus berjuang mempertaruhkan nyawa untuk beraktivitas keluar-masuk dari Padukuhan Kedungwanglu.
Baca juga: Banjir Rob Demak: Warga Pasrah Hadapi Ancaman Tak Menentu
Mereka terpaksa menerjang banjir melewati jembatan crossway yang sering terendam air.
Lima RT yang terdiri dari RT 3, 4, 5, 6, dan 7 di Padukuhan Kedungwanglu terisolasi karena Sungai Prambutan meluap dan menenggelamkan jembatan tersebut setiap musim penghujan.
"Alhamdulillah, Mas, pembangunan jembatan sudah mulai berjalan. Semoga ke depan kita tidak perlu lagi menyebrang saat banjir," ungkap salah seorang warga Kedungwanglu, Munadzar Abror, pada siang itu.
Baca juga: Banjir Rob, Solusi Rumah Apung Demak, dan Tantangannya...
Baca juga: Upacara Njaluk Udan, Cara Warga Gunungkidul Upayakan Hujan
Sebagai seorang guru, Munadzar hampir setiap musim hujan harus menggendong murid-muridnya untuk menyebrang jembatan crossway.
Namun, beberapa bulan ke depan, aktivitas tersebut akan menjadi kenangan, karena proses pembangunan jembatan direncanakan selesai pada akhir tahun ini.
"Sebelum gempa 2006, warga harus melewati perbukitan dengan jalan setapak dan baru kemudian menyebrang ke kampung sebelah," ujar Munadzar.
Baca juga: Banjir Semarang, Apa Penyebabnya? Ini Analisis Ahli Hidrologi UGM...
Video-video yang merekam keadaan Padukuhan Kedungwanglu saat musim hujan pun menjadi viral.
Warga telah berusaha berkomunikasi dengan pihak Kalurahan Banyusoco untuk membangun jembatan, namun hasilnya belum memuaskan.
Baru pada awal 2024, harapan muncul ketika pemerintah berencana membangun jembatan tersebut, yang disambut dengan antusiasme luar biasa dari warga.
Bahkan, beberapa di antara mereka merelakan tanahnya tanpa meminta ganti rugi.
Baca juga: Jalan Tol Solo-Yogyakarta Segmen Kartasura-Klaten Resmi Dibuka, Berapa Tarifnya?
Salah satu bidang tanah milik adik Munadzar menjadi salah satu lokasi yang direlakan untuk pembangunan jembatan di sisi utara crossway.
"Dari yang saya tahu, jembatan ini dibangun menggunakan dana keistimewaan," tambah Munadzar.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul, Rakhmadian Wijayanto, menjelaskan bahwa pembangunan jembatan direncanakan menggunakan anggaran keistimewaan DIY, dan pengerjaannya diatur oleh Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Iya, semua pengerjaan dilakukan oleh provinsi," ujar Rakhmadian.
Sebelumnya, dia juga menyebutkan spesifikasi jembatan yang akan dibangun.
Baca juga: Update Jalan Tol Kartasura-Klaten: Jumlah Pengguna, Batas Kecepatan, dan Tarifnya...
Jembatan tersebut direncanakan sepanjang 48 meter, lebar perkerasan aspal 4 meter, serta dilengkapi trotoar di samping kanan dan kiri masing-masing 1 meter.
Tinggi jembatan dari muka air eksisting diperkirakan mencapai 6 meter.
Dengan hadirnya jembatan baru ini, diharapkan mobilitas warga Kedungwanglu tidak lagi terhambat oleh banjir di masa depan.
Kini, senyum harapan mulai menghiasi wajah masyarakat yang sebelumnya terisolasi.
Baca juga: Warga Terdampak Tol Yogyakarta-Solo di Sleman Terima Uang Ganti Rugi, Terbesar Dapat Rp 12 Miliar
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang