YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Komoditas kopi menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi pada Agustus 2024 di Kota Yogyakarta.
Kepala BPS Kota Jogja Mainil Asni mengatakan, komoditas kopi yakni kopi bubuk menyumbang inflasi di Kota Yogyakartata sebesar 0,05 persen.
Namun angka ini masih jauh di bawah komoditas lain yakni beras yang menyumbang inflasi sebesar 0,45 persen.
Baca juga: Naiknya Iuran Sampah Jadi Salah Satu Penyumbang Inflasi di Kota Yogyakarta
Mainil menjelaskan ada berbagai faktor penyebab mengapa kopi menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi di Kota Yogyakarta. Lanjut dia faktor pertama adalah karena harga kopi dunia mengalami kenaikan seiring dengan permintaan pasar.
“Kalau di Jogja salah satu penyebabnya mungkin karena banyak kafe,” ujarnya, Senin (2/9/2024).
Menurut dia dengan menjamurnya kafe yang menawarkan menu utama olahan kopi ini mempengaruhi harga kopi di Kota Yogyakarta.
“Secara umum berpengaruh (harga kopi) karena kafe menjamur,” ucap dia.
Mainil menjelaskan komoditas yang menyumbang inflasi bulan ke bulan di Kota Yogyakarta yaitu Beras ketimun, kopi bubuk, mobil, dan sepedamotor.
Komoditas selain pangan yang menymbang angka inflasi di Kota Yogyakarta seperti bahan bakar minyak (BBM), kendaraan rental, tarif angkutan udara, fitnes center, hingga emas atau perhiasan.
Dia menambahkan, BBM menjadi penyumbang inflasi di luar komoditas pangan di Kota Yogyakarta karena kebiasaan warga Kota Yogyakarta yang memilih tidak menggunakan moda transportasi umum, tetapi lebih memilih angkutan daring.
“Peningkatan (inflasi BBM) baru di Agustus pertengahan, itu juga yang non-subsidi kalau subsidi tetap sama,” bebernya.
Baca juga: Kendalikan Inflasi dan Hilirisasi Daging, Pemkot Semarang dan Baznas Jateng Bangun RPHH
Di sisi lain, komoditas yang memberikan andil atau sumbangan deflasi m-to-m di antaranya daging ayam ras, telur ayam ras, jeruk, kol kubis, sawi putih, labu siam, nangka muda, terong, tomat, cabai merah, kacang panjang, daun bawang, wortel, dan bawang merah.
Sementara itu Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kota Yogyakarta Kadri Renggono mengatakan untuk mengatasi inflasi di Kota Yogyakarta pihaknya mengandalkan program Warung Mrantasi.
Menurut dia program Warung Mrantasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan laju inflasi dengan menggandeng pedagang.
Pemkot Yogyakarta menggandeng pedagang karena pedagang dinilai memiliki peran strategis karena memiliki jaringan dengan distributor dan konsumen.
“Inflasi harus diatasi karena dapat menekan daya beli masyarakat, sehingga perlu kerjasama lintas sektor,” ucap dia.
Lanjut Kadri Program Warung Mrantasi menggandeng 25 pedagang bahan pokok seperti beras, telur, minyak goreng, gula, hingga bumbu dapur.
“Inflasi merupakan penggerus daya beli masyarakat, sehingga diperlukan upaya kolektif dan terstruktur dari berbagai pihak termasuk pedagang,” ungkap Kadri.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang