Salin Artikel

Kedai Menjamur, BPS Sebut Kopi Jadi Komoditas Penyumbang Inflasi di Yogya

Kepala BPS Kota Jogja Mainil Asni mengatakan, komoditas kopi yakni kopi bubuk menyumbang inflasi di Kota Yogyakartata sebesar 0,05 persen.

Namun angka ini masih jauh di bawah komoditas lain yakni beras yang menyumbang inflasi sebesar 0,45 persen.

Mainil menjelaskan ada berbagai faktor penyebab mengapa kopi menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi di Kota Yogyakarta. Lanjut dia faktor pertama adalah karena harga kopi dunia mengalami kenaikan seiring dengan permintaan pasar.

“Kalau di Jogja salah satu penyebabnya mungkin karena banyak kafe,” ujarnya, Senin (2/9/2024).

Menurut dia dengan menjamurnya kafe yang menawarkan menu utama olahan kopi ini mempengaruhi harga kopi di Kota Yogyakarta.

“Secara umum berpengaruh (harga kopi) karena kafe menjamur,” ucap dia.

Mainil menjelaskan komoditas yang menyumbang inflasi bulan ke bulan di Kota Yogyakarta yaitu Beras ketimun, kopi bubuk, mobil, dan sepedamotor.

Komoditas selain pangan yang menymbang angka inflasi di Kota Yogyakarta seperti bahan bakar minyak (BBM), kendaraan rental, tarif angkutan udara, fitnes center, hingga emas atau perhiasan.

Dia menambahkan, BBM menjadi penyumbang inflasi di luar komoditas pangan di Kota Yogyakarta karena kebiasaan warga Kota Yogyakarta yang memilih tidak menggunakan moda transportasi umum, tetapi lebih memilih angkutan daring.

“Peningkatan (inflasi BBM) baru di Agustus pertengahan, itu juga yang non-subsidi kalau subsidi tetap sama,” bebernya.

Sementara itu Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kota Yogyakarta Kadri Renggono mengatakan untuk mengatasi inflasi di Kota Yogyakarta pihaknya mengandalkan program Warung Mrantasi.

Menurut dia program Warung Mrantasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan laju inflasi dengan menggandeng pedagang.

Pemkot Yogyakarta menggandeng pedagang karena pedagang dinilai memiliki peran strategis karena memiliki jaringan dengan distributor dan konsumen.

“Inflasi harus diatasi karena dapat menekan daya beli masyarakat, sehingga perlu kerjasama lintas sektor,” ucap dia.

Lanjut Kadri Program Warung Mrantasi menggandeng 25 pedagang bahan pokok seperti beras, telur, minyak goreng, gula, hingga bumbu dapur.

“Inflasi merupakan penggerus daya beli masyarakat, sehingga diperlukan upaya kolektif dan terstruktur dari berbagai pihak termasuk pedagang,” ungkap Kadri.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/09/02/161909678/kedai-menjamur-bps-sebut-kopi-jadi-komoditas-penyumbang-inflasi-di-yogya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com