Selain itu, di wilayah Padukuhan Turunan ada sumber air lainnya. Namun juga belum bisa dimanfaatkan secara maksimal karena keterbatasan anggaran warga.
Dari video yang dikirimkan, terlihat air cukup banyak menggenang.
"Ada sumber air ngebei, samping Padukuhan tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Semoga ada bantuan dari pihak terkait, karena kami warga sering kesulitan saat memasuki musim kemarau seperti saat ini," kata dia.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, mencatat, saat ini ada lebih dari 50 ribu jiwa terdampak kekeringan.
Pihaknya telah mempersiapkan anggaran belanja tidak terduga (BTT) untuk tambahan bantuan dropping air bersih sebanyak 600 tangki.
"Kami sudah lebih dulu mengajukan biar bisa langsung kami sambung pakai BTT," kata Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Purwono kepada wartawan Minggu (18/8/2024).
Dijelaskannya, hingga Kamis (15/8/2024) warga terdampak hingga sekarang mencapai lebih dari 15.000 kepala keluarga (KK) atau sekitar 53.818 jiwa.
Per hari, BPBD dapat menyalurkan 16 – 24 tangki air, dan sudah lebih dari 600 tangki dengan kuota 1000 tangki.
Baca juga: IPA Semanggi tetap Olah Air Meski Debit Sungai Bengawan Solo Turun Drastis
Hingga kini kekeringan meluas hingga zona tengah seperti Kapanewon Karangmojo dan zona utara seperti Kapanewon Nglipar. Untuk peta kekeringan paling utama di zona selatan seperti Kapanewon Tepus, Panggang, dan Girisubo.
Purwono mengatakan, kemungkinan lokasi kekeringan akan meluas, karena kemarau diperkirakan akan berlangsung hingga Oktober 2024. Untuk itu pihaknya mengimbau agar masyarakat dapat secara bijak menggunakan air.
Kemarau saat ini belum masuk kategori ekstrim.
"Bijak menggunakan air bersih," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang