Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

923 Ton Sampah Menumpuk di Sleman, Pemda DIY Turun Tangan

Kompas.com, 26 Juni 2024, 13:03 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tidak hanya Kota Yogyakarta yang berkutat dengan timbunan sampah. Di Kabupaten Slamen, jumlah sampah yang menumpuk diperkirakan 923 ton.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Beny Suharsono.

Baca juga: Pemkot Yogyakarta Janji Kuras Depo Sampah Selama 3 Hari ke Depan

Beny mengatakan, yang memiliki timbunan sampah tidak hanya Kota Yogyakarta yang mencapai 5.000 ton, tetapi Kabupaten Sleman juga ada timbunan sampah sebesar 932 ton.

Nantinya timbunan sampah di Sleman juga akan digeser ke TPA Piyungan.

“Hanya Kota (Yogyakarta timbunan 5 ribu ton). Setelah itu kami siapkan untuk Sleman, Sleman kan bukan berarti tidak ada, Sleman sudah muncul (timbunan sampah), minta 923 ton yang kami selesaikan,” ujar Beny saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Selasa (26/6/2024).

Beny menyampaikan Pemerintah DIY menyanggupi untuk mengangkut 932 ton timbunan sampah di Kabupaten Sleman. Namun, masih menunggu 5.000 ton timbunan sampah di Kota Yogyakarta selesai diangkut ke TPA Piyungan.

Dia menyebut bahwa pengangkutan timbunan sampah di Kota Yogyakarta dijadwalkan selesai 3 hari ke depan dimulai kemarini. Lalu pada hari keempat baru mulai mengangkut sampah yang ada di Kabupaten Sleman.

“Kami sanggupi setelah kota ini teratasi. Jadi bertahap, kenapa Sleman kita tahan dulu sampai hari ke empat, karena Sleman masih punya peluang, wilayahnya masih cukup terbuka. Walaupun tidak pernah kami sarankan untuk di bakar. Kota (Yogyakarta) kan blas tidak punya lahan,” ujar dia.

“Jadi komitmenya tiga hari ini. Kami berharap sampah kota tergeser ke Piyungan mulai dari kemarin,” ujar dia.

Baca juga: Soal Timbunan 5.000 Ton Sampah di Yogyakarta, Pemkot: Sebelum Ada TPS3R

Sebelumnya, Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto jelaskan timbunan sampah sebesar 5 ribu ton yang ada di Kota Yogyakarta muncul sebelum Pemkot Yogyakarta memiliki TPST 3R.

“Begini, jadi itu kan timbunan (5 ribu ton) yang sudah berjalan sebelum TPST beroperasional,” ujar Sugeng, Selasa (25/6/2024).

Setelah TPST 3R milik Pemkot Yogyakarta beroperasi juga belum bisa menyelesaikan timbunan sampah sebesar 5 ribu ton.

“TPST beropersional saya kan bilang reguler 200 ton (mengolah) akan kita selesaikan mekanisme pengolahan jadi tidak buang sampah. Tapi kan sekarang masih dibangun Insya Allah awal Juli sudah bisa 100 persen,” kata Sugeng.

Dia menambahkan bahwa TPST 3R di Kota Yogyakarta hanya bisa menyelesaikan atau mengolah sampah reguler yakni 200 ton per hari sehingga sampah-sampah yang menumpuk di depo ini belum terselesaikan.

“Tapi itu kan baru menyelesaikan reguler yang sudah jadi tumpukan di depo itu persoalan,” kata dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau