Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelenteng Poncowinatan, Klenteng Tertua di Yogyakarta yang Berdiri Sejak 1879

Kompas.com, 13 Desember 2023, 20:41 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

Hal ini dapat diamati dari bagian dalam Kelenteng Poncowinatan yang terbagi menjadi beberapa ruangan.

Di dalam ruangan suci utama yang menjadi pusatnya, terdapat patung Kwan Tie Koen (Dewa Keadilan), bedug, lonceng, dan alat perlengkapan ibadah lainnya.

Ruangan suci utama dikelilingi ruang-ruang pemujaan dewa atau disebut altar yang digunakan sebagai tempat ibadah sesuai dengan dewanya.

Terdapat 18 altar atau tempat doa di Kelenteng Poncowinatan yang dibuka untuk umum.

Selanjutnya, di sebelah timur ruang suci utama ada ruang pemujaan yang di dalamnya terdapat patung Fuk Tek Cen Sen (penunggu rumah).

Di sebelah utara atau di belakang ruang suci utama terdapat ruang pemujaan. Di ruang pemujaan ini terdapat patung Dewi Kwan Im di bagian tengah, ruang pemujaan Sidharta Buddha Gautama di bagian kanan, dan ruang pemujaan Manjusri Bodhisattva di bagian kiri.

Selain itu, terdapat ruang lain yang berfungsi sebagai kamar penjaga kelenteng dan juga gudang.

Kelenteng Poncowinatan Memiliki Fasilitas Pendidikan

Dilansir dari laman Kemendikbud, Kelenteng Poncowinatan juga dilengkapi dengan fasilitas pendidikan, yaitu Sekolah Dasar Tionghoa modern pertama bernama Sekolah Tiong Hoa Hak Tong.

Sekolah Tiong Hoa Hak Tong didirikan pada 1907 oleh Perserikatan Orang Tionghoa yaitu Tiong Hoa Hwee Koan (THHK).

Banguan sekolah ini berada di sebelah barat kelenteng, yang saat ini digunakan sebagai Sekolah Budya Wacana.

Selain bangunan untuk kegiatan belajar mengajar, ada juga lapangan yang dapat digunakan untuk berlatih kungfu dan berbagai kegiatan lain.

Hal ini merupakan manifestasi dari dari arti kata ”kelenteng” yang berasal dari gabungan tiga kata yaitu ”Kauw” (pendidikan atau belajar), ”Lang” (orang atau manusia), dan ”Teng” (tempat atau bangunan).

Sehingga kata ”kelenteng” atau ”Kauw Lang Teng” bermakna tempat orang belajar.

Kegiatan Keagamaan di Kelenteng Poncowinatan

Kegiatan upacara keagamaan di Kelenteng Poncowinatan ini biasanya dilaksanakan di perayaan HUT Klenteng Poncowinatan yang jatuh pada tanggal 24 bulan ke-6 dan Tahun Baru Imlek.

Sementara ibadah rutin di Kelenteng Poncowinatan dilakukan setiap tanggal 1 dan 15 di setiap bulan.

Bagi pengunjung yang ingin beribadah, jam operasional Kelenteng Poncowinatan dimulai dari pukul 07.30 - 16.00 WIB.

Apabila ada yang ingin beribadah di luar jam operasional kelenteng, maka yang bersangkutan bisa membuat janji temu dengan pengurus Kelenteng Poncowinatan terlebih dahulu.

Sumber:
pariwisata.jogjakota.go.id  
jogjaprov.go.id  
kebudayaan.kemdikbud.go.id  

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau